Setibanya di panti, Dipa segera berganti baju dan naik ke ranjang. Rasanya lelah sekali, namun Dipa tak bisa berhenti tersenyum sejak tadi. Kenapa ya? Padahal rencana mereka untuk mendapatkan kembali stoples kopi keberuntungan lagi-lagi gagal. Entahlah. Mungkin karena dia bangga sudah berani dan berhasil menangkap maling. Mungkin juga karena Instagram Story-nya lagi-lagi dilihat oleh Laras Sjahrir.
Saat dalam perjalanan pulang dari rumah Eda tadi, Dipa iseng mengunggah video dirinya naik bajaj. Dipa menyoroti pinggir jalan yang terang benderang oleh pedagang makanan kaki lima, lalu menyoroti wajahnya sendiri sambil mengacungkan jempol. Seperti biasa, Instagram Story itu menuai banyak respon.
"Lagi di mana, Dip?"
"Lo naek bajaj ya, Dip?"
"Nongkrong weekend, Dip? Sama siapa?"
Video Instagram Story yang menunjukkan sepuluh detik Dipa mengendarai bajaj dalam kualitas buruk tersebut tak luput dari lirikan Laras Sjahrir. Ini sudah Instagram Story-nya yang ketiga yang dilihat oleh Laras. Itu sebabnya Dipa pergi tidur dengan perasaan senang bukan main.
Atau ... bisa jadi juga kegembiraannya yang meluap-luap adalah karena tadi dia beberapa kali memegang tangan Eda. Dipa meraih ponselnya di meja sebelah ranjang. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Untung besok libur. Saat itu Dipa menyadari, ternyata ada pesan masuk dari Eda sejak lima belas menit yang lalu.
"Dip, udah nyampe rumah?" Demikian bunyinya.
Senyum Dipa perlahan mengembang. "Udah. Lo baik-baik aja, kan?"
"Iya. Besok ngapain?"
Deg ... deg ... deg. Napasnya menjadi cepat melihat pertanyaan Eda. Besok ngapain? Eda ingin tahu kegiatan Dipa selain pergi ke sekolah?
"Di rumah aja. Bantu jaga adik-adik di panti, bantu bersih-bersih, sama paling bikin PR," balas Dipa. "Elo?"
"Sama. Nemenin Mama aja di rumah sakit. Pulangnya beres-beres rumah."
Dipa menelan ludah. Tiba-tiba saja saat itu dia masih ingin terus mengobrol dengan Eda walau hari sudah larut. Dipa segera memutar otak. Dia berusaha mencari bahan pembicaraan, supaya Eda tidak segera menutupnya dengan, "Ya udah, gue tidur ya". Cursor di layar Dipa masih berkedip-kedip ketika muncul satu pesan baru dari Eda.
"Lo ternyata anaknya beda dari yang gue kira, Dip," tulis Eda. "Sebelum kenal lo, gue pikir elo anak nakal. Ada rumornya elo suka malak lah, padahal elo 'berdagang' dengan nyewain atribut sekolah."
"Buset ... siapa yang nyebarin rumor itu tuh? Boro-boro malak, yang ada gue suka merugi karena diutangin. Kadang ada yang ngga bayar utang pula."
"Ya, anak-anak pada nyebarin rumor. Ngga tau siapa tepatnya. Oh iya, ada lagi gosipnya nilai lo ancur, padahal gue baru tau, ternyata elo masuk ranking di kelas. "
"Hehehe ... elo udah berhasil stalk gue sampe mana nih?"
"Ya engga gitu juga. Ge-er lo."
"Bercanda deh, hehehe. Terus, lo denger apalagi tentang gue?"
"Mmm ... yang gue denger lagi, elo hobinya nongkrong. Padahal elo hari Sabtu aja kerjanya ngejagain adik-adik lo dan ngurusin panti. Tega banget ya yang ngegosipin elo?"
Dipa tak kuasa lagi menahan senyumnya. "Makanya, jangan percaya rumor, gosip, apalagi hoax."
"Barangkali orang-orang ngira elo bandel karena elo temenan sama Dio, Dip. Dio kan reputasinya rada-rada ancur di sekolah. Kayak mukanya. Hihihi ..."
"Astaga ... jahat banget lo, Da," Dipa tertawa. Ditambahkannya emoticon wajah tertawa di akhir kalimatnya. "Bisa jadi ya, orang mikir gue nakal karena gue temenan sama Dio. Ya, dia nakal sih. Tapi masih wajar kok. Gue nyambung ngomong sama dia, tapi gue ngga suka aja ikutan gaya hidupnya," balas Dipa.
"Itu juga yang bikin lo beda dari anak-anak lain, Dip. Lo kayaknya ngga gampang kebawa arus."
Dipa tertawa kecil. Eda sukses membuatnya kege-eran malam itu.
"Ternyata lo juga beda, Da," ketik Dipa.
"Bedanya apa tuh?" sahut Eda.
"Waktu tau elo jualan catatan, gue pikir elo anak pinter belagu yang cuma mau malakin orang untuk uang jajan lebih. Gue ngga pernah nyangka lo nyari uang untuk bantu nyokap lo."
Lagi-lagi Dipa menyisipkan sebuah emoticon di penghujung kalimatnya. Emoticon orang mengedipkan mata. Emoticon ;). Kali ini Dipa sungguh-sungguh bermaksud mengirimkannya pada Eda.
"Berarti kita sama-sama beda dari yang lain ya?" balas Eda.
"Iya. Dan sama-sama udah berprasangka buruk juga terhadap satu sama lain. Maaf ya, Da?"
"Maaf juga, Dip."
"Oh ya, sayang ya, rencana hari ini gagal lagi. Gue jadi merasa bersalah sama lo sekarang."
"Ngga apa-apa, santai aja. Bisa kita coba lagi minggu depan. Batas ngeklaim hasil undiannya juga masih lama kok."
"Bener juga. Kita bisa coba lagi minggu depan. Siapa tau semingguan ini Pak Budi tiba-tiba jadi baik dan nyerahin hadiahnya ke kita."
"Waduh ... kalo itu terjadi kayaknya bisa hujan duit tuh. Alias ngga mungkin!"
"Hahaha ... kalo hujan duit lebih bagus lagi deh, gue tampung satu gentong!"
"Ya kali, Dip. Hehehe. Ya udah, gue tidur dulu ya. Met malam."
"Oke, Da. Gue juga. Eh, btw, udah diobatin luka di tangan lo?"
"Udah. Ngga berdarah lagi, kok."
"Bagus deh. Kalo gitu, met malam, ya. Met istirahat."
"Lo juga, Dip."
Di ekor kalimatnya, Eda menggantungkan sebuah emoticon tersenyum, sama seperti wajah Dipa saat membacanya. Dipa meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Dia menatap langit-langit. Dipa tidak tahu apakah dia masih bisa tidur malam ini lantaran begitu gembiranya.
Ah! Dipa teringat akan sesuatu. Dia kembali mengambil ponselnya dan membuka aplikasi Instagram. Dipa membuat Instagram Story yang baru. Di layar yang keseluruhannya hitam, Dipa mengetik sebuah kalimat.
"Mungkinkah kau pun juga begitu? Kutahu kau masih malu ..." - Maliq & D'Essentials: Terdiam.
(, ")
Hai, readers! Makasih udah baca lanjutan cerita Dipa dan Eda. Aneh banget! Rencananya gagal, Dipa malah ngga bisa berhenti senyum-senyum.
Tunggu kelanjutannya hari Kamis ya... :)))
Salam,
Feli***********
Trivia! ^o^
Lagu Maliq & D'Essentials pertama saya dengar waktu SMP 2 di salah satu stasiun radio, tengah malam saat liburan sekolah. Langsung suka sama lagu itu dan tetap masih suka lagi itu sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL [Sudah Terbit]
Jugendliteratur[SEGERA TERBIT] Jika kamu dan seorang yang baru saja kamu kenal memenangkan undian seratus juta, apa yang akan kamu lakukan? Well... ngga tau sih denganmu, tapi Pradipta dan Dwenda langsung rebutan. Setelah disita Pak Budi, Dipa dan Eda terpaksa be...