Hai... di DOUBLE UPDATE hari ini, kenalan lebih jauh dulu sama Eda ya ;)
Namanya Dwenda Sastiana, dipanggilnya Eda. Lahir di Jakarta, 29 Februari 2000, golongan darah AB.
Ya, ulang tahun Eda cuma empat tahun sekali. Sama dengan keunikan tanggal lahirnya, pribadi Eda juga unik.
Sebagai seorang Pisces, Eda sangat perasa. Sepintas, dia terkesan dingin dan cuek, tapi untuk orang-orang yang disayanginya, Eda rela berkorban. Dia bisa memahami perasaan orang lain dan memposisikan diri sebagai mereka.
Eda ini juga pemikir sejati. Kadang dia suka kebanyakan mikir, overthink, overanalyze, untung aja nggak jadi gila, hihihi. Banyak orang di sekitarnya bilang kalau Eda itu old soul. Sikapnya selalu lebih pengertian dan dewasa dari orang lain seusianya.
Dari kecil, Eda orang yang lumayan kaku. Di saat anak-anak lainnya joged-joged kalau dengar lagu atau jejeritan entah kenapa (anak kecil kan suka excited sendiri, hehe), Eda lebih senang duduk di pojokan mengamati teman-temannya.
Karena ibunya meninggal saat kecil, sebelum Papa menikah lagi, Eda hanya tinggal berdua dengan ayahnya itu.
Saat Papa kerja, Eda dititipkan ke eyangnya. Dari kecil, Eda ini people pleaser. Dia senang bisa membantu orang-orang yang disayanginya dan membuat mereka senang.
Mulai dari hal-hal kecil, seperti tanpa disuruh nyiapin peralatan makan di atas meja saat jam makan siang atau makan malam.
Atau, seperti diam-diam nyapuin lantai waktu Eyang tidur siang, walau kadang nggak bersih hihihi ...
Ayah Eda sewaktu hidup bekerja sebagai commercial credit risk reviewer di sebuah bank swasta di Jakarta. Tugasnya menghitung risiko terhadap pengajuan kredit untuk perusahaan-perusahaan.
Eda juga nggak gitu ngerti deh. Dia juga nggak terlalu tertarik dengan bidang pekerjaan ayahnya, secara Eda mau jadi dokter.
Eda berkeinginan untuk jadi dokter sejak Eyang meninggal. Sampai sekarang, dia masih nggak ngerti apa yang terjadi.
Menurut versi rumah sakit, tim medis sudah melakukan prosedur yang benar. Menurut ayahnya yang adalah orang awam, tim medis melakukan kesalahan pada tindakan.
Eda ingin jadi dokter supaya suatu hari dia bisa mengerti dan menjembatani celah informasi antara dunia medis dan orang awam seperti ayahnya. Menurut Eda, segala sesuatu yang berurusan dengan nyawa nggak boleh ada salah paham.
Meskipun dikenal pintar, tapi nggak di semua pelajaran nilainya Eda bagus. Tebak, pelajaran apa yang nilainya babak belur? Bukan olahraga! Enak aja. Stereotip banget nih, anak pinter akademik nggak pinter olahraga hihihi ....
Eda paling nggak suka pelajaran Matematika! Sementara nilai Kimia dan Biologinya di atas angin, nilai Matematikanya nyaris tiarap. Menurut Eda, Fisika masih lebih mending daripada Matematika.
Buat apa pulalah itu belajar soal sin cos tan, mending langsung aja belajar cara ngitung diskon dan cara bernegosiasi harga dengan pedagang sayur hehehe ....
Hobinya Eda adalah main squash. Hah?! Apaan tuh? Itu lho, olahraga gebuk-gebukan bola ke tembok pake raket :))) Rada ekstrim sih olahraga ini, sambil lari-lari sambil ngeri-ngeri sedap, takut kegebok bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Jika kamu dan seorang yang baru saja kamu kenal memenangkan undian seratus juta, apa yang akan kamu lakukan? Well... ngga tau sih denganmu, tapi Pradipta dan Dwenda langsung rebutan. Setelah disita Pak Budi, Dipa dan Eda terpaksa be...