18: Kriteria Lo Gimana?

16.3K 2K 263
                                    

Hari itu sepulang sekolah Dipa dan Eda duduk bersama di kantin yang sudah sepi. Pedagang-pedagang kantin sudah menutup lapak mereka sebab sebagian besar murid-murid sudah pulang.

"Gue agak merasa bersalah nih sama Aulia dan Sultan. Kesannya kok kita satu tim tapi belagu banget, ngga mau belajar bareng mereka?"

Dipa mendecak mendengar ucapan Eda. "Aduh, jangan dipikirin deh, Da. Lo tega sama gue? Gue males ah sama Aulia."

Eda ngakak.

"Jangan ngakak aja, Da. Nih, jawab pertanyaan gue. Berapa jumlah tangan ayam?"

"Dua. Eh?! Haaaaah?!"

Melihat wajah Eda yang kebingungan, gantian Dipa yang ngakak.

"Itu mah ceker keleeeeusss ..." ucap Dipa di sela-sela tawanya. "Jawabannya: ayam tidak punya tangan!"

"Pertanyaan apaan sih? Aneh banget."

"Ini, ada di kumpulan soal pengetahuan umum."

"Yang serius dong, Dip, pertanyaannya. Yang kayak gituan mah ngga bakalan ditanya."

"Oke, oke. Yang serius. Coba lo tanya gue. Ehm."

Eda mulai melontarkan pertanyaan demi pertanyaan pada Dipa.

"Juara piala Eropa 2016?"

"Portugal."

"Theodore Roosevelt adalah presiden Amerika Serikat yang ke?"

"Ngg ... bentar. Dua puluh enam."

"Plat nomor kendaraan K berasal dari daerah?"

"Waduh! Pati?"

"ASEAN berdiri pada tanggal?"

"8 Agustus ... tahunnya ... 1967!"

"Hari perdamaian dunia diperingati setiap tanggal?"

"21 September."

"Pemenang kategori best new artist untuk Grammy Awards tahun 2015 dimenangkan oleh?"

"Sam Smith!"

"Lagu When I See You Smile tahun 1989 dinyanyikan oleh?"

"Bad English."

"Wow."

Eda mendecak kagum. Semua pertanyaan yang dilontarkannya pada Dipa berhasil dijawab tanpa kesalahan. Dipa betul-betul memiliki pengetahuan umum yang luas.

"Kok bisa sih elo ngejawab semua dengan benar?" tanya Eda heran.

"Bisa dong. Gue kan selalu nonton berita. Hehe."

"Thanks to Laras Sjahrir idola lo itu ya."

Dipa hanya tersenyum tipis. Eda membuka tasnya dan mengeluarkan kotak bekal. Dia juga mengeluarkan dua buah sendok dan menyodorkan salah satunya kepada Dipa.

"Dimakan, Dip. Tadi pagi gue dibawain bekal sama Mama," Eda mendorong kotak bekalnya ke tengah, antara dirinya dan Dipa. "Mama sengaja bikin banyakan, katanya sekalian buat Dipa."

Dipa menatap makanan di depannya. Walau sudah dingin, nasi goreng sederhana yang ada di hadapannya itu terlihat menggoda. Namun lebih dari itu, Dipa juga tersentuh bahwa ibunya Eda ternyata ingat dengannya.

"Makasih, Da. Bilang nyokap lo makasih, ya," ucap Dipa. "Gimana keadaannya sekarang?"

"Udah baik kok. Udah kembali kerja," Eda mulai menyendok.

"Nyokap lo masih inget sama gue?"

"Inget lah. Elo satu-satunya cowok yang pernah ke rumah. Dateng bawa bunga pula buat nyokap gue," Eda tertawa kecil.

RIVAL [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang