Sebelum membaca...
Hai! Di bab ini, saya sisipin lagu sebagai background sambil baca :))) Jung Yup - Lean On Me versi instrumental. Silakan play video di atas dan dengerin lagunya sambil baca. Enjoy, semoga terhibur!(, ")
Dipa sakit dan tidak masuk sekolah. Itulah kabar yang disampaikan Dio kepada Eda ketika Eda mencari Dipa hari ini di kelasnya.
"Sakit apa, Yo?" tanya Eda.
"Ngga tau. Katanya sih demam," jawab Dio. "Nih, pulang sekolah gue mau ke panti. Lo mau ikut?"
Eda ragu sejenak. Haruskah dia menjenguk Dipa? Kemarin, setelah Dipa meninggalkannya dan Laras, Eda tak melihat Dipa lagi di mana pun. Eda sempat mengirim pesan sepulang sekolah.
"Dip, maaf kalo gue bikin lo marah. Gue cuma mau lo bahagia." Demikian tulis Eda. Sayangnya, Dipa tak membalas pesan Eda. Dibaca pun tidak. Lalu tiba-tiba hari ini Dipa tidak masuk karena sakit. Eda jadi khawatir.
"Jam berapa lo ke panti, Yo?"
"Pulang sekolah. Pas bubaran banget, langsung gue ke sana. Ikut ngga? Nengokin yayang."
Eda mendengkus. "Apaan sih."
"Tapi suka kan?" Dio menggoda Eda.
Eda hanya tersenyum tipis. "Gue ikut deh. Ntar ketemu di pos satpam, ya? Kita pergi bareng."
"Siap, bos!"
Eda tak sabar hingga menunggu pulang sekolah. Ketika bel berbunyi, Eda bergegas turun dan menemui Dio di pos satpam. Bersama Dio, Eda menaiki angkot menuju panti asuhan tempat Dipa tinggal.
"Eh, Yo ..."
"Hmm?"
"Si Dipa ... dia cerita ke elo ngga kenapa jatuh sakit?"
Dio mengangkat bahu. "Kebanyakan makan micin kali."
Eda memutar bola matanya.
Dio tersenyum. "Tenang aja, Da. Dia ngga marah sama lo, kok."
Eda menaikkan alisnya.
"Kemarin Dipa cerita ke gue apa yang terjadi ..." Dio menerawang. "... setelah gue todong dia. Gara-gara pas balik ke kelas, gue liat matanya merah dan bengkak."
Kedua mata Eda melebar.
"Dipa juga manusia, Da. Cowok juga manusia. Bisa sedih juga, bisa nangis juga," ucap Dio. "Gue shock banget sih pas diceritain Dipa bahwa Laras Sjahrir itu ibunya. Gue jadi merasa bersalah, selama ini gue suka ngeledekin dia yang ngefans berat sama Laras."
Eda terdiam.
"Gue ngerti, Da, lo pengen bikin Dipa seneng. Kalo gue jadi lo ... mungkin gue akan melakukan hal yang sama. Tapi gue rasa, ngga semudah itu, Da. Terlalu banyak rasa yang disimpan Dipa selama ini. Ngga mudah bagi dia untuk bertemu Laras tiba-tiba."
Eda masih terdiam.
"Tapi, Dipa ngga marah sama lo, kok. Gue yakin, Da."
"Lo tau darimana, Yo? Dia sendiri yang bilang gue, gue ngga ada hak ikut campur kehidupannya."
"Ya ... manusia kan gitu, Da. Suka ngga sadar apa yang dia ucapkan di saat panik. Percaya deh, dia ngga mungkin marah sama lo," ujar Dio. "Sebab Dipa suka sama lo."
Eda tak membalas ucapan Dio. Dia hanya melayangkan pandangan pada jalanan yang ramai. Setibanya di panti, tiba-tiba Eda merasa mulas. Mendadak dia ingin pulang saja, tak usah menemui Dipa. Namun apa boleh dikata, Dipa sudah memergokinya di pintu gerbang. Dipa terlihat terkejut dengan kemunculan Eda. Sepertinya Dio tidak memberitahunya bahwa Eda ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Jika kamu dan seorang yang baru saja kamu kenal memenangkan undian seratus juta, apa yang akan kamu lakukan? Well... ngga tau sih denganmu, tapi Pradipta dan Dwenda langsung rebutan. Setelah disita Pak Budi, Dipa dan Eda terpaksa be...