13. Dua Penulis Satu Ilustrator

2.2K 531 90
                                    

Otak Gemina bekerja cepat membuat koneksi. IgGy serumah dengan Radmila. Warna rambut, bentuk mata dan bibir, serta pembawaan, mirip. Mereka berhubungan darah. Anak dan maminya. Karya seni Gemina dihadiahkan IgGy kepada Radmila. Entah apa yang terjadi, tapi hubungan mereka yang buruk menjadi semakin buruk. Meski begitu, Radmila tertarik pada karyanya. Sekarang mendesaknya mengerjakan komisi. Dan, di sinilah Gemina, di antara dua penulis yang saling berhadapan dengan sikap dingin.

Gemina ingin berteriak pada IgGy, 'kenapa tidak memberitahu?' Banyak kesempatan IgGy bisa mengatakan siapa Radmila. Apalagi setelah insiden artwork RaKa. Tapi tidak dilakukan. Lagi-lagi, ia merasa bodoh, sampai terperangkap pada situasi seperti ini. Gemina menahan diri. Lebih baik diam dulu, mengamati. Matanya saja yang melirik tajam pada IgGy. Membuat cowok itu menelan ludah.

"Gemi, perkenalkan Radmila, mamiku. Dia minta aku menunda Runako agar kamu mengerjakan komisinya lebih dulu. Aku bisa saja menolak, karena kamu profesional dan sudah lebih dulu menerima Runako. Tapi mempertimbangkan banyak hal yang sudah terjadi, kupikir, kamu sendiri saja yang memutuskan. Benar kan, Mami?"

Dengan kata lain, IgGy memastikan komitmennya untuk Runako, meminjam tangannya untuk menghadapi sang Mami, sekaligus melepaskannya dari jerat Radmila. Smart. Agak licik. Tapi masuk akal. Dan membuat Gemina kagum juga karena tanpa menyinggung insiden artwork RaKa secara eksplisit, IgGy membuat Radmila tidak berdaya. Hanya mengangguk dan memandangnya dengan harap-harap cemas.

Gemina menjadi waspada. Memilih Runako bisa berarti batal mengerjakan Algis, dan besar kemungkinan akan memperuncing perseteruan IgGy dengan sang Mami. Mendahulukan Algis, walau akan mengangkat namanya sebagai ilustrator, berarti ia menempatkan diri di bawah telunjuk Radmila. Gemina tidak bisa membayangkan prospek bekerja penuh dengan wanita itu, awalnya untuk satu buku, tapi sudah jelas serialnya ada tujuh. Itu pun kalau berakhir di ketujuh .... Lalu kapan ia akan bersenang-senang dengan Runako?

"Aku mau lihat dulu beban kerja masing-masing." Gemina mengambil buku catatan dan pensilnya. "Untuk Runako, apa yang harus kukerjakan?"

IgGy tersenyum. Sikapnya menjadi lebih santai. Ia mengempaskan diri di sofa di samping Gemina. "Setelah kupikir-pikir, aku tidak perlu membuat komik untuk seluruh buku pertama Runako. Cukup adegan pilihan saja. Sebagai promo dan teaser. Dan kalau cetak ulang, komik ini bisa disisipkan ke dalam novel, menggantikan teks bersangkutan."

"Jadi semacam nomik, novel-komik," sahut Gemina, dan pensilnya jatuh ke lantai. Sengaja, agar setelah membungkuk untuk mengambilnya, ia bisa bergeser, memperlebar jarak dengan IgGy. Paha mereka nyaris bersentuhan tadi. Parfum segar cowok itu pun sudah mengganggu konsentrasinya. "Berapa banyak adegan yang ingin dikomikkan?"

"Menurut perkiraanmu?" IgGy bertanya balik.

"Runako buku kesatu sekitar 30 bab kan, ya? Agar merata, mungkin setiap dua bab ada komik. Jadi 15? Panjang komik disesuaikan saja dengan adegan yang kita pilih."

"Setuju."

Gemina mencatat. "Deadline?"

"Terserah kamu. Aku tidak mau mengganggu kuliah dan tugas-tugas wajibmu. Lagi pula kamu bilang, art adalah pekerjaan hati. Ada etika dan estetika. Tapi yang lebih penting adalah kamu mengerjakannya dengan happy, enggak tertekan."

Gemina berani bertaruh, IgGy sengaja mengatakannya untuk menyindir Radmila. Ada kerlip bandel di mata cowok itu. Dan kepuasan di senyumnya saat terdengar Radmila mendecak tak sabar. Tapi tak urung nada suara IgGy yang lembut membuatnya tersentuh dan mendadak susah bernapas.

Radmila berdeham. "Untuk Algis buku kesatu, 15-20 ilustrasi realistik detail, full page. Untuk waktunya, jelas, aku tidak punya kuasa menentukan kalau begini."

The Visual Art of Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang