The Visual Art of Love (SUDAH TERBIT)

17. Road to Chaos (part 2)

Gemina mengira akan sulit menghindari IgGy sesudahnya. Dugaannya salah. IgGy sibuk luar biasa. Beberapa kali pergi bersama Oliva, sebagaimana dilakukan oleh pasangan bertunangan tentunya. Hampir setiap pagi, IgGy sudah menghilang lagi sendirian dan baru kembali petang. Hanya mengetuk jendelanya setiap kali lewat. Empat ketukan berirama. Lalu masuk paviliun dan tidak keluar lagi.

Blessing in disguise. Gemina jadi bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya dan cukup di kamar. Menjelang akhir pekan, beberapa ilustrasi Algis dan komik Runako versi manga sudah ia emailkan pada penulisnya masing-masing.

Sekarang, ia tengah melakukan pemeriksaan akhir pada komik Runako versi realistik, misi rahasianya. Sarah bilang, Radmila akan pulang nanti malam. Besok, Radmila ingin bertemu dengannya untuk melakukan evaluasi ilustrasi yang sudah disetorkan lewat email. Saat itu, ia akan mencari momen yang tepat untuk memulai misi, menunjukkan Runako dan pura-pura meminta pendapat Radmila. Tak urung Gemina merasa berdebar-debar, tapi ia optimis.

Optimis karena ia sudah mengenal IgGy. Tak ada keraguan sedikit pun tentang kualitasnya sebagai seorang klien, teman, tunangan, kakak, dan anak. Sikap IgGy terkait RaKa dan Papi semakin menunjukkan rasa cintanya pada keluarga. Hanya satu masalahnya, mother issue. Radmila. Tapi Gemina yakin, ini cuma salah paham yang dibiarkan berlarut-larut. Dengan sedikit dorongan dan jalan pembuka berupa buku-buku mereka sendiri, kebekuan hubungan bisa dicairkan lagi.

Komik sudah sempurna. Gemina menutup buku misinya. Sudah lewat tengah malam tapi matanya masih nyalang. Membaca dulu, pikirnya, menunggu kantuk. Ia mengambil Algis buku ketiga yang belum pernah ia baca. Baru sekarang ada waktu untuk menikmatinya sebagai penggemar.

Gemina tahu kenapa tidak merasa ada yang hilang saat melompat dari buku kedua langsung keempat. Buku ketiga ternyata tidak mengikuti petualangan Algis, tetapi mengisahkan dua orang perempuan yang berperan besar pada perkembangan tokoh utama. Padmi, ibu angkat Algis. Dan Bu Walikota, yang ternyata bernama Orline.

Pada seri sebelumnya, Padmi yang cerewet disukai Gemina. Ia menduga Radmila menjelmakan diri dalam sosok Padmi ini. Sementara Orline selalu digambarkan sebagai wanita berpendirian keras, selalu merasa benar, dan kurang supel. Karena sering bertengkar dengan Algis, tentu saja Orline menjadi tokoh antagonis. Gemina pun membencinya.

Di buku ketiga ini, terkuak cerita latar Padmi. Tidak mengurangi simpati Gemina pada karakter itu, tetapi sosoknya jadi terlihat jauh berbeda dengan Radmila. Cara mengomel Radmila memang diterapkan pada Padmi. Tapi hanya itu. Untung saja Gemina tidak pernah terang-terangan mengatakan pada Radmila pendapatnya tentang Padmi.

Di lain pihak, Orline mendapatkan simpatinya sekarang. Gemina mengerti, perempuan ini sering disalahpahami. Latar belakangnya ternyata buruk. Orline pernah jatuh miskin karena semua harta pribadinya dibawa kabur sang suami bersama wanita lain. Putra tunggalnya yang masih bayi hilang saat terjadi kerusuhan. Pembaca menebak-nebak apakah Algis adalah putra kandungnya. Orline terus mencari tapi sampai buku ketujuh misteri belum terungkap.

Saat bertemu Algis, Orline sudah menjadi orang terpandang dan kaya raya lagi. Tapi jabatan walikota dan watak kerasnya menyusahkan wanita ini untuk berinteraksi dengan siapa pun, terutama Algis yang awalnya liar dan pemalas.

Nyaris tidak ada kemiripan antara Orline dengan Radmila. Gemina menyimpulkan. Hanya kerinduan Orline terhadap putra yang hilang terasa nyata. Radmila mungkin menuangkan perasaan pribadi terhadap RaKa di sana. Sungguh miris dan menyesakkan.

Gemina turun dari tempat tidur untuk menggambar dan meringankan hati. Ia membuat sketsa Orline yang merindukan anak. Algis menjadi latar belakangnya. Pukul 02.35, selesai. Ia menguap lebar-lebar. Di belakang kepalanya, ada sekilas kesadaran bahwa ia baru saja menggambar di buku misi rahasia Runako. Tapi tak ada salahnya, bukan?