Idenya sudah muncul sejak aku mulai dekat dengan teman-teman ilustrator lulusan Desain Komunikasi Visual. Sebagai penulis yang "tidak mampu" mengilustrasi sendiri picture book karyaku, aku bergantung pada mereka. Aku kagum dan ngiri berat. Berandai-andai kalau dulu masuk DKV, dan sekarang senang menulis, life would be perfect! Haha.
(kalau mau tahu aku dulu kuliah di jurusan apa ... aku bisikin ... KIMIA, baru belakangan banget, kuliah lagi jurusan Sastra Inggris.)
Anyway, dari interaksi intens dengan para ilustrator, lahirlah karakter Gemina. Mahasiswi DKV semester 3 di ITB. Asalnya dari kampung Sunda, memanggil ayah-ibunya dengan sebutan Abah dan Ambu. Cewek kuat dan berbakat dengan uang saku pas-pasan. Padahal kuliah di DKV, konon biaya perangkatnya saja selangit.
Seperti waktu menulis Pangeran Bumi Kesatria Bulan, aku enggak merencanakan genrenya dari awal. Romance muncul begitu saja sekehendak para karakternya. Begitu juga dengan Gemina. Begitu kulahirkan pasangannya, romance pun bersemi, meski di awal aku banyak menambahkan bumbu misteri. Adalah IgGy, si penulis Trilogi Runako yang jutek dan angkuh, punya masa lalu kelam. Untungnya ganteng. Hihihi. Bukunya enggak laku. Bukan karena karyanya jelek, tapi karena perlakuan toko buku terhadap buku-bukunya yang bikin miris. Enggak bisa dijabarkan dengan kata-kata pokoknya, bikin meradang deh. (Pengalaman pribadi nih yeeee ... cung siapa yang senasib?).
Ilustrator dan penulis ketemu. Jadilah kerja sama. Tapi complicated mereka ini.Sampai di situ saja idenya. Aku simpan saja. Karena waktu itu sedang menulis Hexotic Cafe di Wattpad, genre fantasi untuk remaja, baru beberapa bab. Santai saja sih. Pokoknya masih dengan idealisme untuk menyediakan bacaan alternatif bagi anak-anak mulai usia 13 tahun di Wattpad.
Tapi kemudian ada pengumuman lomba menulis di salah satu writing platform. Aku ajukan sinopsis, mengambil judul yang artsy: The Visual Art of Love. Eh, lolos. Tahap selanjutnya, upload di website penyelenggara, maksimal 10 bab. Aku tulis 7 bab saja dulu. Tinggalin. Lolos lagi, masuk 90 besar dari sekitar 450 peserta. Dikasih waktu sebulan kalau enggak salah, untuk menyelesaikan naskah. Baru deh HUAAAAAAA. Kebakaran buntut.
Normalnya nih, aku menulis novel 2 bulan. Kalau diburu-buru, 1.5 bulan. Kalau dikejar dengan iming-iming hadiah (ehem, siapa yang enggak tergiur fast money?), 1 bulan, bisalah.Dan bisa. (kalau sudah nekat dan bertekad, lupa makan dan mandi karena tertancap depan laptop ya bisa) Lalu naskah The Visual Art of Love pun lolos seleksi. Di akhir, enggak menang kok. Hahaha. Tapi katanya, mau diterbitkan. Dengan syarat ...
Nah ini ...
Masih ingat Gemina asalnya dari mana dan kuliah di mana? Tuh di atas sudah ditulis. Sunda, DKV-ITB. Jadi Bandung settingnya.
Masih ingat bahwa IgGy penuh misteri? Ya, aku membuat catatan-catatan random misterius yang diletakkan di antara tiap babnya. Fungsinya adalah sebagai kepingan puzzle yang harus dirangkaikan oleh pembaca untuk mendapatkan gambaran utuh si karakter. Jadi, buku ini bukan sekadar cerita. Ada art, ada creative writing.
Kenapa?
Karena tokohnya ilustrator dan penulis. Masa cuma tempelan? Harus menyatu dalam setiap gerak dan pemikiran mereka, kan?
Tapi, sepertinya TVoAL enggak berjodoh dengan PJ-nya yang minta semua random dilebur jadi narasi biasa agar lebih mudah dipahami remaja. Dan setting diminta dipindah ke Jakarta agar bisa ber-lo gue, sesuai dengan gaya remaja.
Ouch. Aku enggak pernah menulis dengan lo-gue. Aku-kamu, titik.
Ouch lagi, creative writing jatah IgGy mau dihilangkan.
Aku berkonsultasi dengan teman editor yang lebih senior dan berpengalaman. Sarannya bikin adem dan menenangkan. Bahwa setiap naskah punya tempatnya sendiri. Bahwa aku enggak harus mengikuti kemauan orang hanya untuk sekadar terbit. Pede aja lagi, singkatnya begitu.
Aku pindahkan naskahku ke Wattpad. Komentar pembaca yang kebanyakan remaja menguatkan keyakinanku. Mereka mengerti (cerdas-cerdas loh pembacaku), mereka nyaman dengan aku-kamu (remaja enggak identik lo-gue).
So, to cut the story short, aku carikan rumah baru buat IgGy dan Gemina. Alhamdulillah, ada editor-editor yang sepemahaman.
Art-nya dapat, Creative Writing-nya pun dapat.
Sebentar lagi terbit. Lahir setelah melalui perjalanan sungsang, putar-putar.
Kupersembahkan THE VISUAL ART OF LOVE untuk para ilustrator dan penulis.
--------
Blurb
Mungkinkah rasa sayang bercampur benci bisa mengabadikan seseorang di kepalamu?
Gemina, mahasiswi Desain Komunikasi Visual, suka "mojok" di toko buku untuk membaca serial populer. Di sinilah ia bertemu IgGy, penulis Trilogi Runako, yang protes karena bukunya tidak laku.
Dunia Gemina jungkir balik begitu ia menerima tawaran IgGy untuk me-review dan mengilustrasi novelnya. Trilogi Runako menjerat Gemina dalam kehidupan pribadi sang penulis. IgGy ternyata identik dengan labirin menyesatkan terkait latar belakang keluarga, tunangan, dan rahasia yang ia tulis di notebook-nya.
Menelusuri labirin itu, Gemina mendapati sesuatu yang terperangkap di kepala IgGy. Sesuatu yang menjadikan IgGy sosok egois penuh kebencian. Sesuatu yang telah mewujud dalam novel Trilogi Runako.
---------
It's more than a story .... It's a love for art and words.
PS.
Untuk segala sesuatu yang berbau ART, aku banyak riset, dan meminta teman-teman DKV jadi first readers.Untuk pembaca Pangeran Bumi Kesatria Bulan, aku crossover Juno ke sini loh.Ilustrator Gemina dan IgGy: Rui KaiserIgGy dan Trilogi Runako disebutkan di PELIK.
Satu dari 3 yang terbit Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Visual Art of Love (SUDAH TERBIT)
Romance#Dapatkan di mizanstore.com atau toko buku terkemuka# Penerbit Pastelbooks A heart to unbreak. A soul to rest in peace. Gemina Inesita: mahasiswi Desain Komunikasi Visual, calon ilustrator. Tugas kuliah seabreg, Tante Kost bertingkah, pemasukan pas...