"Garin .... Hei, Garin!"
"Uuh, Runako? Jam berapa ini?"
"Aku enggak tahu. Aku memudar ...."
"Eh? Apa katamu?"
"Aku pudar, menipis, menghilang, kamu mulai melepaskan aku ...."
"Senang banget sih bikin pernyataan absurd. Sudah lama aku enggak tidur nyaman—"
"Justru itu. Karena kamu kayak beruang hibernasi, enggak ada kesadaran lagi buatku. Aku sudah enggak punya wujud, sekarang kamu lupain aku. Keberadaanku terkikis dan—"
"Runako ... kamu masih tetap di sini, buktinya sekarang kamu bisa gangguin aku lagi."
"Ya, itu karena kamu terjaga setelah mimpiin dia. Kamu bangun tapi cuma menatap langit-langit sambil cengar-cengir."
"Ah, kamu cemburu."
"Mungkin memang sudah waktunya. Sebelum lenyap tanpa bekas, selagi aku masih bisa pamitan, I should say goodbye to you—"
"Runako! Drama banget sih!"
"Aku serius, Garin. Terima kasih sudah jadi inangku. Empat belas tahun terakhir di benakmu jauh lebih seru ketimbang 11 tahun kehidupan dalam ragaku sendiri."
"Runako, please ...."
"Aku bangga jadi kakakmu."
"Apa? Kamu lupa, aku lebih tua."
"Ah, Garin. Age is just number. Bijak, matang, cerdas, waspada, itulah yang bikin aku lebih pantas jadi kakak."
"Baiklah, Bang Runako!"
"Sudah bisa ngeledek sekarang. Perubahan luar biasa. Salamku untuk si dia. Aku pamit ya, say RIP for me ...."
"Runako ...."
"...."
"Runako!"
"I love you, Garin. It's okay. Take care."
"Runako ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Visual Art of Love (SUDAH TERBIT)
Romance#Dapatkan di mizanstore.com atau toko buku terkemuka# Penerbit Pastelbooks A heart to unbreak. A soul to rest in peace. Gemina Inesita: mahasiswi Desain Komunikasi Visual, calon ilustrator. Tugas kuliah seabreg, Tante Kost bertingkah, pemasukan pas...