"Ya ampun berapa lama lagi aku harus di sini?" Abigail mengeluh sambil terus menatap pemandangan hujan di balik jendela kaca kafe.
"Seharusnya aku membawa payung, kenapa aku selalu lupa?!" dia lagi-lagi merutuki dirinya sendiri yang selalu lupa untuk membawa payung ke tempat kerja.
Sementara sekarang dia sudah terjebak di dalam kafe sejak satu jam lalu, kafe sudah tutup dan pekerjaannya sudah selesai. Saat dia sedang membereskan beberapa meja terakhir, tiba-tiba hujan turun deras dan menyebabkan Abigail harus menunggu hingga hujan reda.
Berbeda dengan Abigail beberapa temannya yang lain sudah pulang, ada yang dijemput oleh pacar mereka atau ada yang membawa kendaraan sendiri. Abigail sebenarnya tidak terlalu akrab dengan kebanyakan karyawan mengingat dia adalah orang baru, sehingga dia tidak berani minta tumpangan pada mereka. Hanya Vika lah yang paling dekat dengannya selama ini.
"Aby, kau yakin masih mau menunggu? Aku bisa bilang pada ayahku untuk menjemputmu lagi setelah mengantarku ke rumah, hari sudah makin malam Aby, berbahaya untukmu pulang sendirian di kondisi hujan begini," Vika kembali menawarkan pada Abigail, agar dia mau diantar oleh ayahnya. Sebentar lagi Ayah Vika akan menjemputnya karena kondisi cuaca yang sedang hujan.
Abigail tersenyum kemudian menggeleng sebagai jawaban untuk tawaran baik Vika. "Tidak Vika, terima kasih. Aku tidak mau merepotkan ayahmu karena dia harus bolak-balik untuk menjemputku lagi. Tidak apa-apa, aku bisa menunggu sampai hujannya reda." Abigail tentu tidak mau merepotkan orang tua Vika, apalagi mengingat kalau Vika bilang ayahnya datang dengan membawa sepeda motor.
"Kau yakin?" tanya Vika sekali lagi.
"Aku yakin, lagi pula aku tidak sendirian masih ada dua orang lagi di sini." Ucap Abigail sambil melirik ke arah salah satu meja di mana ada dua orang karyawan lainnya yang juga senasib dengannya (lupa membawa payung) sedang menunggu hujan reda seperti Aby.
"Baiklah," Vika tersenyum meskipun dahinya terlihat berkerut. "Kau sepertinya memang tidak bisa dipaksa ya? Terserah padamu kalau begitu. Tapi ingatlah untuk segera pulang kalau hujannya sudah reda, dan sebaiknya kau naik taksi saja. Bahaya jika kau menggunakan angkutan lain di jam segini."
"Iya, iya... Aku tahu. Tenang saja, aku akan segera pulang saat hujannya hanya tinggal gerimis." Ucap Abigail meyakinkan Vika agak tidak perlu mencemaskannya.
"Ya sudah..." Vika beralih memandang keluar jendela ketika dia melihat motor ayahnya memasuki area kafe. "Itu ayahku sudah datang. Kalau begitu, aku pulang dulu. Dan janji ya, kau akan meneleponku saat kau sudah pulang nanti! Awas saja kalau tidak--"
"Iya, Vika... Astaga kau benar-benar cerewet! Kelakuanmu seakan kau itu pacarku saja? Sudah pergi sana, ayahmu menunggumu." Usir Abigail yang mulai merasa kesal melihat tingkah Vika yang terlalu cemas padanya.
"Baiklah aku akan pulang. Sampai jumpa besok," Vika juga terlihat kesal dan langsung melangkah keluar dari pintu kafe.
"Hati-hati di jalan!" Abigail masih sempat meneriaki Vika yang kelihatannya merajuk karena ucapan Aby tadi. Tapi Abigail juga tahu kalau besok mereka pasti akan berbaikan, dia sudah cukup mengenali sikap Vika yang memang sangat baik dan selalu mencemaskannya karena Vika tahu kalau selama ini Abigail hanya hidup sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Feelings ✔
RomanceSequel 'After You-came and changed my life' series kedua novel keluarga Anderson. Dianjurkan untuk membaca 'After You-came and changed my life' terlebih dahulu agar dapat mengerti jalan cerita yang saling berhubungan serta para tokoh yang akan diper...