Levi menyusul Nadine ke New York.
Ya, dia langsung memutuskan pergi begitu mendengar nama Aby disebut. Tanpa pikir panjang, dia segera menyuruh Hana membatalkan semua jadwalnya dalam beberapa hari ke depan, memberikan tanggung jawab sementara pada Dennis, dan berangkat pagi-pagi buta keesokan harinya. Dia bahkan lupa memberitahukan keberangkatannya pada Nade dan Levine.
Dirinya sendiri terkejut dengan tindakan yang dia perbuat, terburu-buru menyusul ke New York setelah setahun yang lalu dia mengutarakan kebenciannya dengan terang-terangan, bersikap seakan tidak peduli dengan keadaan perempuan itu, menanam rasa benci setiap kali mengingat bagaimana selama berbulan-bulan mereka berkenalan, dan Aby ternyata hanya memanfaatkannya...
Lalu, setelah semua usaha yang telah dia lakukan untuk melupakan apa pun yang terjadi. Yang dia dapatkan malah harus ketergantungan obat tidur selama setahun penuh, tidak ada satu malam pun yang bisa dia lewati tanpa harus menelan sebutir pil penenang supaya bisa tidur dengan nyenyak.
Tidak adil! Yang terjadi padanya selama setahun ini benar-benar tidak adil. Seharusnya dia menyalahkan Aby, bagaimanapun juga gadis itu yang menyebabkan keadannya jadi seperti ini. Seharusnya, jika bukan karena perempuan itu menipunya maka dia tidak perlu bergantung dan selalu membawa botol obat tidur sialan ini ke mana-mana. Kalau saja gadis itu tidak ceroboh dan menjatuhkan flash disk hitam di lantai dapur apartemennya dulu, mungkin sekarang dia tidak perlu menerima permintaan Steve untuk menikahi putrinya.
Kalau saja gadis itu bisa sedikit lebih berhati-hati... seandainya saja sampai saat ini Levi masih belum mengetahui apa-apa, mungkin keadaan bisa jadi lebih baik.
Levi menghela napas berat, lalu menoleh memandang ke arah kaca jendela pesawat. Penampakan awan tipis-tipis bermandikan cahaya lembut kejinggaan dari matahari terbit terlihat sangat menawan. Dia masih di pesawat dan baru saja take off beberapa menit yang lalu. Dari ketinggiannya sekarang, perumahan dan jalan raya di bawah terlihat cukup jelas. Keadaan jalanan belum begitu ramai mengingat sekarang masih sangat pagi.
Untuk beberapa detik dia menikmati pemandangan di luar, sampai pramugari pesawat pribadinya datang membawakan secangkir kopi, dan menu sarapan sesuai permintaannya. Tentu saja Levi harus mengisi perutnya dengan baik apalagi perjalanan yang akan dia tempuh memakan waktu cukup lama, lebih dari delapan belas jam dia harus berada di dalam pesawat.
Levi menikmati aroma kopi hitam itu sebelum mencicipi rasanya, pahit yang lebih dominan karena memang tidak memakai banyak gula. Seperti rasa kopi yang dia sukai. Dia belum berniat menyentuh sarapannya dan kembali memandang ke arah jendela.
Levi tidak tahu apakah yang dilakukannya ini bisa dibilang sebagai tindakan gegabah atau mungkin terdengar bodoh. Memikirkan hal ini membuatnya tersenyum geli sekaligus mendengkus muak. Keputusan apa yang diperbuatnya saat ini berbanding terbalik dengan kata-katanya sendiri. Seakan Aby memang sengaja melakukan ini padanya, dia bahkan tidak tahu apa yang akan dihadapinya saat bertemu dengan perempuan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Feelings ✔
RomanceSequel 'After You-came and changed my life' series kedua novel keluarga Anderson. Dianjurkan untuk membaca 'After You-came and changed my life' terlebih dahulu agar dapat mengerti jalan cerita yang saling berhubungan serta para tokoh yang akan diper...