Two Feelings Part 44 - Almost There.

465 37 12
                                    

"Apakah kau sudah siap?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah kau sudah siap?"

Levi menatap Aby yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya. Dia sudah berpakaian rapi, memoles wajah dan mengucir rambut pirangnya. Namun air muka Aby tampak tegang, dia terlihat gugup.

Sambil memandang Levi, yang barusan bertanya sambil tersenyum padanya, sebuah senyuman kecil yang Aby tahu dimaksudkan untuk membuatnya merasa lebih rileks.

Aby mengangguk dengan kaku. "Iya, ayo berangkat."

Levi mendengkus, kecil. Senyumannya makin lebar, dia mengelus kepala Aby sekali lalu berkata, "Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja."

"Aku tahu." Jawab Aby singkat. Mereka kemudian berjalan menuju lantai bawah bersama. Lalu keluar dari lingkungan apartemen dan mulai memasuki area parkiran.

Hari ini, tepat setelah hampir empat minggu menunggu, akhirnya kabar dari rumah sakit keluar. Hasil tes DNA yang mereka lakukan sebulan lalu sudah bisa dilihat.

Maka pagi ini Levi dan Aby akan pergi ke rumah sakit untuk melihat hasilnya. Levi juga telah mengabari keluarganya, tapi dia memutuskan agar pergi berdua saja bersama Aby untuk melihat hasil tes.

Levi tahu, jika anggota keluarganya yang lain ikut maka akan menambah kegugupan Aby. Lebih baik mereka berdua saja yang melihat hasilnya, lalu nanti mampir ke rumah untuk memberi kabar.

Levi membukakan pintu mobil untuk Aby, sembari melindungi kepalanya ketika Aby menunduk dan memasuki mobil. Dia kemudian berjalan memutari mobil dan masuk di bangku setir.

Mereka mengenakan sabuk pengaman. Dan Levi mulai menyalakan mobil, dia sempat melihat ke arah Aby yang sejak keluar dari apartemen terlihat patah semangat. Wajah Aby benar-benar tegang, Levi tahu seberapa cemasnya Aby saat ini.

Dia pun diam saja dan mulai menjalankan mobil. Dia tidak bicara sepatah kata pun, dan membiarkan Aby termenung dalam pikirannya yang kusut dan hanya memandang ke arah jendela. Perjalanan singkat itu mereka lalui dalam keheningan.

***
Sesampainya di rumah sakit, Levi dan Aby pergi ke bagian lab untuk menerima surat hasil tes.

Levi memegang amplop putih yang masih tertutup rapat di tangan kirinya. Sementara dia dan Aby duduk di salah satu bangku tunggu rumah sakit.

Tatapan Aby kosong memandang ke arah amplop yang Levi tunjukkan padanya.

"Ini, harus kau yang membukanya." Levi berucap lembut, dia tahu bahwa Aby gemetaran saat ini.

"Atau kau ingin kita melihatnya bersama ketika di rumah?" sanbungnya.

"Tidak. Di sini saja, aku tidak mau mati penasaran." Aby langsung menolak, dia juga tidak sanggup jika harus memperlihatkan hasil tes ini di depan Nade, bagaimana jika firasat buruknya benar?

"Baiklah." Tutur Levi. "Kau bisa membacanya, saat kau siap." sambungnya masih dengan uluran tangan, menyodorkan amplop itu pada Aby.

Perlahan - lahan, tangan Aby terulur untuk mengambil amplop itu dengan jantung berdebar. Dia memandangnya lekat - lekat. Kemudian mulai menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan - pelan. Berusaha menenangkan diri, dia sempat memejamkan mata sejenak, mempersiapkan dirinya dengan kemungkinan buruk yang akan dia terima.

Two Feelings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang