Empat: Berbeda

1.2K 54 16
                                    

UTS terakhir, aku tidak menyangka akan selesai secepat ini. Pelajaran hari ini pun terbilang santai. Atau memang aku yang selalu santai ya?

Pada jam terakhir, kak Wita izin kepada pengawas untuk ke kamar mandi. Aku merasa dia sangat pucat dan lebih pendiam hari ini padahal biasanya aku mengobrol dengan dia.

Bruk!

Semua orang panik, pengawas hari itu datang menghampiri asal suara tersebut.
Kak Wita pingsan lalu diangkat menuju UKS oleh beberapa anak laki laki.

"Kak Wita sakit apa ya? sampe pingsan gitu?" tanyaku

"Gatau dah, paling dia belom makan." Jawab Wira.

Setelah keadaan tenang, aku yang sedari tadi ingin buang air kecil sudah tidak bisa menahannya. Sebelum aku berdiri dari bangku, ada tangan yang menahan lenganku.

"Mau kemana?"

"Pipis, kenapa?"

"Jangan pingsan kaya Wita lu."

Aku kaget, kenapa dia bisa bilang begitu? Tapi rasanya aku ingin tertawa.

Dia melihat lembar jawaban ku yang masih banyak kosongnya.

"Itu masih banyak yang kosong, isi dulu." tunjuknya

"Udah kebelet ntar aja, bye!"

Aku berdiri menuju kedepan, meminta izin kepada pengawas lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah aku kembali ke kelas, aku melihat lembar jawaban ku telah diisi semua.

"Gak pingsan kan lo?" tanyanya

"Gak lah kocak. Buktinya sekarang gue udah duduk lagi disini.
Hm, btw makasih udah diisiin." ucapku tulus.

Dia tersenyum, ah senyumannya entah kenapa membuatku senang.

•••

Setelah UTS selesai, belajar menjadi seperti biasa. Kelas ku 71 berada di ujung dan itu membuat kelasku dengan kelas Wira yaitu 81 berjauhan. Kelasnya juga terletak dilantai 2. Aku hanya bisa bertemu dengannya di kantin atau di lapangan.

Di kelas, rutinitasku adalah mengobrol dengan Ica, Vina dan Ara. Merekalah tempat segala curahan hati dan candaan garing ku. Aku juga suka cerita dan curhat pada Kya dan Ana, hanya saja karena faktor tempat duduk kami dikelas berjauhan, aku jadi tidak sesering itu mengobrol dengan mereka. Kecuali ketika diluar sekolah.

Sebelum guru datang untuk masuk pelajaran pertama, suasana kelas sangat ramai. Sama seperti aku dengan ketiga sahabatku yang sibuk mengobrol, yang lain juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Ada yang diam-diam membawa HP dan berselfie ria karena memang sekolah ku tidak diperbolehkan membawa HP kecuali hari-hari tertentu. Ada yang bercermin sambil membenarkan kerudungnya. Ada juga yang nyanyi-nyanyi lagu galau. Sementara anak laki-laki bermain kejar-kejaran. Beginilah keadaan jika tidak ada guru dikelas, terlampau ramai.

"Kalian UTS kemaren duduk sama siapa? Sedih deh gue gak satu ruangan sama Ica sama Ara." ucapku.

"Gue sama cewek terus pinter banget deh baik juga. Jadi betah." Jawab Ica

"Kalo gue sama calon wakil ketua osis dong, ya biarpun gak seganteng calon ketos tapi dia manis hahaha." jawab Ara seraya tertawa

"Kalo gue kan sama Kak Wita, Shill." jawab Vina

"Ulangan-ulangan berikutnya kita sama kelas berapa?" tanyaku lagi

"Katanya sih setahun bakalan sama itu itu lagi kelas dan orangnya." Vina yang menjawab

"Asik sama calon wakil ketos terus dong gue?" Ujar Ara antusias.

berarti gue bakalan sama si Aneh itu terus dong?

•••

Jam istirahat

"Kantin yuk?" ajak Ica.

"Kuyyy" ucap ku, Ara dan Vina kompak.

Setelah ke kantin membeli es good day di bang Katrok langgananku, kami melewati lapangan. Kelas Wira baru selesai olahraga dan sedang istirahat. Tapi Wira dan beberapa laki-laki dari kelasnya sedang bermain kejar-kejaran atau polisi-polisian.

bocah banget dah

Aku tak sengaja bertabrakan dengan Wira yang tengah berlari terburu-buru. Untung saja es ku tidak tumpah. Aku memegang es itu di tangan kiriku sementara tangan kanan ku mengajak Wira Tos-an.

"Ati-ati kali Wir. Kalo es gue tumpah lu mau ganti emang?"

"Sori kan gak sengaja."

Kalian tau? Sejak ber-tos tadi Wira menggenggam tanganku biarpun tidak erat tapi aku bisa merasakan tangannya yang berkeringat. Dia terlihat megap-megap kehabisan nafas sehabis berlari-larian tadi. Keringat juga mengucur deras di dahinya.

Kami saling diam, mungkin Wira tidak menyadari bahwa dia masih memegang tanganku karena matanya sibuk mencari teman-temannya. Sampai salah satu teman Wira memanggilnya dari belakang.

"Wir, mau ke kelas ga?"

"Eh iya, gue duluan ya."

Setelah itu dia berlari kecil menuju kelasnya.

Hua apaan tuh barusan? Mimpi apaan gue semalem dibikin terbang begini.

•••

"Dari mana aja Shil? Dicariin tadi gak ada jadinya kita duluan." tanya Ara.

Aku tidak menjawab, aku masih tidak menyangka kejadian tadi benar-benar ada. Benar-benar terjadi. Alhasil aku jadi senyum-senyum sendiri.

Ica menempelkan pundak tangannya di jidat ku.

"Shil? lo kesambet setan katro kang gud dey di kantin ya? panas ni badan lu! orang nanya tuh dijawab bukan disenyumin." ujar Ica teriak

"Hah? apaan si hahaha."

"Lu kenapa Shil? muka lo merah merah gitu. Pipinya apalagi." tanya Vina

Bahkan saking senangnya kulitku yang hitam manis pun sampai terlihat memerah.

Yaampun Shilla!

"Gapapa kok." jawabku sambil senyum.

"Gue tau lu pasti boong, ceritain ga! kalo gak lu harus traktir crepes kita bertiga pulang sekolah nanti!" ancam Ica

"Betul, setuju." Tambah Ara.

"Anjir pada jahat, lagi bokek juga. yaudah yaudah."

Akhirnya aku ceritakan apa yang terjadi barusan kepada mereka. Mereka juga langsung menjerit dan senyum-senyum.

"Tapi ya Shil, lu sama dia itu cocok sumpah kalo gue liat-liat" ujar Vina yang sukses membuat wajahku semakin memerah.

About Him! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang