Dua Puluh Sembilan : Senam Jantung

330 25 3
                                    

Aku baru sampai dirumah pukul 8 lewat. Dan Mama sudah ada dirumah. Aku langsung bergegas mandi dan istirahat sembari mengingat-ngingat kejadian tadi.

Flashback On

"Lama banget filmnya njir, jam berapa sekarang kak?" ujarku pelan kepada Gio

"Setengah tujuh" jawabnya sembari melihat jam tangan yang ia pakai.

"Buset belom kelar-kelar ni pilem" keluhku

Aku sudah berkali-kali merubah posisiku. Kadang mengecek HP juga. Aku bertopang dagu sambil terus menonton film didepanku. Filmnya serem, mungkin termasuk genre thriller karena banyak tembak-tembakan, nyekik orang, berdarah-darah, luka-luka pokoknya gitu. Tapi seru, dan sesuai dengan judulnya aku disuruh tahan napas beneran.

Gio juga sudah berkali-kali berusaha mengangguku. Lucu sekali, kami bahkan saling adu tonjok-tonjokkan tangan saking bosannya. Aku juga berkali-kali ngumpet di bahunya dia sambil tutup mata kalau ada adegan serem.

"Kak, ngapain sih? tonjok-tonjokan gini adu tangan"

Yang ditanya masih diam sambil terus menggangguku.

Selesai dengan adu tonjok-tonjokkan. Gio menggelitik pinggangku.

Ah, sial. jelas saja aku geli.

"Kak Gio woy anjir geli ih udah, gabisa diem banget si tangannya" ujarku kesal

Gio tertawa.

Tunggu sebentar.

Gio? makhluk es? tertawa?

Langka sekali Shil.

Ganteng banget woy ketawanya.

Pantes aja irit ketawa.

Kalo ketawa bikin gue meleleh.

Oke keliatannya Shilla lebay banget.

Tapi beneran gaboong.

Usai semua itu, ketika film sudah mulai mencapai ending.

"Shil" suaranya datar, berat, rendah. Aduh, aku bisa mabok kalo denger suara dia terus.

"Apaan?" Aku menatapnya dari samping. Disebelah kanan dan kiri kami tidak ada orang. Jadi aku benar-benar ditengah-tengah hanya berdua dengan Gio.

"Pulang naik apa?"

"Naik...angkot lah" nadaku terdengar gugup

"oke"

Lah, anjir oke doang?! gamau ngajak pulang bareng? oke Shilla emang geer.

"Filmnya lama ya kak" entah memang filmnya yang beneran lama atau aku yang merasa waktu menjadi lama saat bersama Gio.

"Iya"

"Tapi seru, itu yang ganteng banget gue suka"

"Iya"

iya iya aja udah kayak apaan

"Kak?"

"Hm?"

"Gajadi"

Kami diam. Menunggu film selesai. Ketika film sudah selesai, lampu menyala dan ruangan menjadi terang.

"Ayok pulang" ajak Gio

Dengan enaknya dia mengambil pergelangan tangan kanan ku, dan kalau aku boleh jujur aku sangat deg deg an.

About Him! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang