Enam: And it's HURT

800 40 17
                                    

Seperti malam-malam sebelumnya. Aku dan Wira menghabiskan malam dengan chat-an via BBM.

BBM

Eh, gue mau kasih tau sesuatu nih.

Apaan?

Kabar gembira cuma buat gue, kini Wira sudah tidak sendiri lagi.

Kaget? jangan ditanya. Bahkan rasanya jantungku siap meledak melihatnya. Kata 'Sendiri' yang dia maksud adalah kata 'jomblo'

Jadian sama siapa dia? Anjir ini gue kenapa? kok mata gue panas banget. Gak, gak gue gaboleh nangis.

Untungnya aku hanya sendirian dikamar, tidak akan ada yang curiga jika aku menangis.

BBM

Woy? lu udah tidur?

Eh? Sama siapa tuh? langgeng ya! PJ nya ditunggu besok.

Itu ketikan terbohong dan berbanding terbalik dengan perasaanku sekarang. Bahkan aku tidak berharap mereka bakalan langgeng.

Kenapa harus kaya gini? baru kemaren kemaren dia bikin gue terbang kelangit ketujuh. Terus dia bikin gue jatoh ke lubang yang paling dalam di bumi.

•••

Aku berpikir apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku merasa terlalu bodoh melibatkan perasaan dalam hal ini. Sungguh perasaan tidak pernah sebercanda itu.

Setelah itu aku berusaha menjauhinya, mungkin itu adalah pilihan terbaik.

Paginya, kami bertemu di gerbang. Dia berangkat bersama Kak Januar yang memang sekelas dengannya. Lalu dia menyapaku.

"Oi Shill"

Aku senyum, lebih tepatnya senyum yang dipaksa. Aku sedikit berlari kecil, aku tidak ingin niat ku untuk menjauhinya gagal hanya karena satu sapaan.

Dikelas

"Shil, lu kenapa? kok bete banget mukanya?" tanya Vina.

Mereka bertiga memang suka begitu, tiba-tiba mengintrogasi ku seakan-akan aku ini seorang korban atau malah tersangka?

"Shil, belom makan ya? atau belom ngerjain pr? Gue udah nih mau nyontek gak mumpung belom bel masuk." ujar Ara, dia terlihat seperti orang yang khawatir atau gimana.

Aku senang, disaat seperti ini ada mereka yang dapat menghibur.

"Hm, gue gapapa"

"Serius Shil, lu tau kan kita satu SD terus sekarang satu SMP. Masa lu gamau cerita sama gue?" Tambah Ica. Diantara yang lain aku memang paling lama mengenal Ica.

"Gini ya, lu pada tau kan gue suka sama Wira, dan sekarang. Sumpah ya baru sebulan eh sebulan! terus dia udah jadian sama yang lain. Gue yang terlalu baper atau dia yang php sih?" akhirnya emosiku meledak, tapi aku tidak menangis rasanya sulit untuk mengeluarkan air mataku saat itu.

Ara langsung memelukku, aku membalasnya. Mereka saling diam seperti tidak tau mau merespon apa. Sampai kemudian bel masuk lalu tak lama guru pun masuk dan memulai pelajaran.

•••

"Pada mau ke kantin gak?" ajak Ica.

"Gue gak mood." jawabku

"Yaudah lu sama Ara aja Ca ke kantin. Gue nitip siomay ya pedes banget." Kata Vina ke Ica

"Lu gamau nitip Shil?" tanya Ara

About Him! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang