Tiga Puluh Sembilan : UN

300 20 4
                                    

"UN bentar lagi nih, Shil" Ica membuka suaranya.

Saat ini sudah memasuki minggu kedua bulan Januari di semester dua. Yang artinya, Ujian Nasional SMP tinggal menghitung bulan. Bulan Mei mendatang, diperkirakan kami sudah akan melaksanakan UN.

"Iya, cepet banget ya. Gak kerasa udah mau lulus" suaraku terdengar sedih.

"Lo mau SMA dimana?"

"Belom tau, kata Mama UN aja dulu yang bener. Kalo lo Ca?"

"Gue juga belom tau. Kata Ibu, di SMA 1 aja tapi gue gak mau"

"Kok gak mau?"

"Gue maunya di SMA 3"

"Berdoa aja, usaha juga. Hasilnya pasti yang terbaik" kataku menasihati

Aku menasihati Ica, padahal aku sendiri pun belum tau bagaimana nasib hidupku kedepannya nanti. Yang terpenting adalah adanya keyakinan dalam hati.

"Iya, Shilla. Eh, lo inget gak dulu waktu pengumuman kelulusan SD kita duduk semeja terus bareng-bareng buka surat kelulusan nya?" Ica mulai bernostalgia

"Inget banget anjir, Ca. Sekelas panik semua, ada 3 orang yang dinyatakan gak lulus ternyata cuma becanda." jawabku ketawa

"Hahaha, iya parah banget emang. Sebelum kita buka surat, gue sempet bilang sama lo kan Shil. Kalo kita harus masuk SMP yang sama, kita harus sekelas dan duduk semeja lagi. Dan keren nya, itu kenyataan" jelas Ica

Aku menatapnya sendu. Sebentar lagi, aku akan jarang melihat Ica, Vina, Ara, Kya, Ana dan yang lainnya.

"Kadang takdir selucu itu ya Ca." kataku akhirnya

"Nanti SMA, kalo gue bikin harapan kaya gitu juga. Bakalan terwujud gak ya? Kita bakalan satu SMA dan satu kelas lagi gak?"

Kali ini, Ica yang balas menatapku sendu. Dengannya, aku tak perlu bersusah payah mengucap dan menjelaskan apa yang aku rasa karena dia sudah bisa menebaknya sendiri.

"Ca, gue gak SMA disini. Gak di kota ini. Mama bilang harus pindah" ujarku lirih

Ica diam. Lalu tertawa.

"Hahaha, becanda lo ya? Ngapain pindah sih Shil, SMA disini bagus-bagus kan"

"Bukan masalah bagus atau gak nya, Ca. Emang keadaannya gue udah harus pindah"

Ica diam. Sibuk dengan pikirannya. Tapi kemudian tersenyum kepadaku.

"Iyaudah gapapa, semoga kehidupan lo selalu bahagia ya Shil"

•••

Aku bertekad sekarang bahwa aku harus lulus dan harus bisa masuk SMA Negeri.

Dan tekad ku yang harus kutempuh sekarang adalah

bisa melupakan Wira.

Aku tak yakin, bagaimana bisa melupakan dia yang bisa membuatmu melupakan banyak hal?

Di semester 2 ini, sekolah mengadakan kegiatan Pendalaman Materi setiap hari Sabtu. Otomatis, kami akan belajar ke sekolah di hari Sabtu.

Sabtu itu, aku sampai disekolah pukul 7 pagi. Belum ada yang datang sama sekali, karena masuknya jam 8. Ku tunggu Ica didepan gerbang, sambil menunggu, aku memainkan HPku.

Tak lama, didepanku berhenti sebuah motor. Aku masih fokus dengan HP ku sampai kemudian baru beralih dengan menatap sang pemilik motor.

"Wira?" sapaku kaget.

Dia tersenyum. Santai duduk diatas motornya. Mengenakan jaket abu-abu merah kesayangannya.

"Lo ngapain?"

About Him! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang