Sembilan : Tidak Jelas

667 37 6
                                    

Tak banyak yang terjadi waktu UAS, Kak Wita tidak pingsan lagi karena setiap paginya sebelum berangkat dia sarapan dulu. Ketika Wira bertanya, aku menjawab dan sebaliknya jika aku bertanya Wira pun menjawab.

Tapi ada satu hal yang membuatku senang atau gimana. Ketika jam istirahat Naya menghampiriku. Dia duduk dekat dengan Kak Dini. Teman sebangkunya Kak Dini adalah Kya.

"Shil, tadi kan gue perhatiin lu sama Kak Wira ya. Kalian sama-sama barengan banget si kalo gerak."

"Maksudnya gimana deh Nay? gak paham." tuhkan sifat lemotnya keluar

"Ya gitu, pas lu nunduk, dia juga. Lu sibuk sendiri dia juga. Nah pas lu nyender di meja, ga lama dia juga nyender."

"Ya kebetulan aja kali. Dia kan fans gue"

"Lucu tau, tapi Kak Dini nya gitu deh ngeliatnya. Mungkin cemburu"

Aku hanya membalas dengan senyuman.

"Yaudahlah shil, liatin aja ke depannya gimana. Toh lu mah udah terlatih patah hati kan?" pikirku

•••

Setelah UAS selesai, kelas 7 akan Goes to Jonggol untuk kemah. Kalian ingat Wakwaw bapak mana bapak mana? Nah dulu itu lagi booming banget.

Kemahnya cuma 2 hari. Karena pas kemah itu pasti dipisah cewek sama cowok, jadi aku jarang liat Wira. Malah lebih sering liat Kak Dini nya. Kalau menurut pandanganku, Kak Dini itu seperti ingin tau aku itu siapa dan bagaimana. Entahlah hanya pendapatku.

Pulang dari kemah ada acara Classmeeting seperti lomba futsal, basket dll. Ketika kelas Wira 81 tanding melawan kelas atlet 88 satu kelasku sibuk mendukung, ya biarpun beberapa dari mereka hanya ingin melihat ketampanan calon ketos. Kalau aku sih, kalian tau lah mau liat siapa.

Wira dan tim nya terlihat lihai dalam bermain basket. Dalam hatiku aku berharap bahwa kelas Wira lah yang menang. Tapi ternyata kelas atlet lah yang mendapat juara.

•••

Ketika waktu terus berjalan, bukan berarti sepenuhnya aku lupa dengan Wira. Tak ada yang bisa menggantikan dia dan aku tau itu.

Semester 2 berjalan dengan baik, selama UTS dan UKK aku selalu duduk semeja dengan Wira. Entah kenapa harus dengan dia terus.

Pagi itu, UTS semester genap. Tempat duduk ku masih sama dimeja paling belakang pojok sebelah kanan, hanya saja kali ini pindah ke ruang kelas yang baru dibangun. Aku menghampiri kursi itu, lalu duduk disana. Berharap tidak ada kejadian aneh hari ini.

Aku tau aku telah cinta lokasi dengan Wira, cuma bedanya aku cinta sendirian. Hanya aku yang berjuang. Tapi entah kenapa, aku menikmati masa-masa itu.

Ketika aku sudah selesai mengerjakan soal ulangan, Wira dengan santai nya mengambil papan ujianku. Karena terbuat dari kayu, belakang papan tersebut kosong.

Dia terlihat menggambar sesuatu, aku tau dia suka anime jepang. Dan pasti dia sedikit bisa menggambar tokoh-tokohnya.

"Lu bisa gambar?" kutanya dia.

"Gak cuma iseng aja"

"Gambarin tugas ips gue dong, gambar peta" pintaku

"Gue gabisa gambar peta" jawabnya cuek

Karena kesal dan sedikit pusing, aku melepas kacamata minus 2 ku itu. Wira melihatnya lalu mengambil kacamataku. Dia mencopot kacamatanya pula lalu menaruhnya di meja.

"Lu beda kalo gak pake kacamata" ucapku pelan, entah terdengar atau tidak.

"Gak keliatan apa-apa kacamata lu"

About Him! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang