"Duh Ca, ribet sih ya mesti sering ke warnet nge-print ini itu" keluhku kepada Ica.
Kami berdua sedang berjalan kaki menuju warnet terdekat untuk nge-print tugas IPA tentang sistem pencernaan manusia.
"Sabar sabar, ini baru semester 1, gimana ntar semester 2 Shil?"
"Iya ya, bisa lebih parah. Mana banyak ujian praktek"
Setelah selesai nge-print, ditengah perjalanan Ica merasa haus. Omong-omong, Ica sama Vina itu hobinya nyemilin esbatu, itu kenikmatan yang haqiqi bagi mereka.
"Shil, aus banget gue. Duit tinggal berapa?"
"Sisa 2 rebu Ca, beli es cekek mah bisa lah satu-satu"
es cekek tuh es yang diplastik, kaya teajus, topice gitu wkwk.
"Itu ada warung depan SD, beli disitu aja"
"Yaudah Ayok"
Kami mendekati warung itu.
"Lah Kak Heri?" seru ku kaget
Ada 4 orang cowok SMK diwarung itu. Warungnya terlihat tertutup, gelap juga. Hanya tersedia banyak es tergantung berjejer, seperti warung kebanyakan. Disana, yang aku kenal hanya Kak Heri.
"Oy Shil, udah lama gak ketemu"
"Iya, Kak" jawabku nyengir. gak tau mau jawab apa
Mendadak, aku sama Ica jadi canggung dan salah tingkah.
Biar aku jelaskan mereka yang ada disana, ada satu cowok yang memakai kacamata, wajahnya sedingin es. Tak sekalipun aku melihat dia tersenyum. Cowok yang kedua seperti berlagak ganteng, padahal biasa aja. Memang sih hidungnya mancung terus bibirnya tipis. Nah yang ketiga itu gendut, sama Kak Ata kayanya sama gendutnya, cuma yang ini mukanya masih rada imut gitu.
"Harga es satunya 2 ribu" kata Cowok yang pakai kacamata itu. Suaranya datar, membuat aku sama Ica jadi takut sekaligus bingung.
"Biasanya juga es kaya gini seribuan, Kak" aku membela diri
"Beneran 2 ribu disini mah" kata kakak yang gendut itu.
"Sumpah Kak, kita cuma punya uang 2 ribu" kataku lagi.
Ica daritadi diam saja, seperti bingung harus ngomong apa.
"Gak bisa gitu, tetep harus bayar 4 ribu" kata si cowok dingin itu. Kalian harus tau tatapannya sangat menyeramkan.
Dan ternyata memang dia adalah si pemilik warung. Tamatlah riwayatku dengan Ica.
Kami bahkan belum dikasih sedotan, membuat es nya pun harus kami seduh sendiri. Benar-benar penjual es yang tidak berperikemanusiaan.
Dengan sedikit kesal, akhirnya Ica mengeluarkan suara. Sambil menaruh uang 2 ribu itu diatas meja.
"Yaudah, Kak. Kita beli satu aja"
"Gak bisa, lo pada udah nyeduh 2 es"
Duh pada ngeselin banget sih ya, ini namanya pembullyan terhadap anak SMP!
"Minta sedotannya, Kak." kataku
Cowok yang sok ganteng, oh ralat yang hidungnya mancung itu menatapku yang juga sedang menatapnya. Dia memberikan sedotan padaku.
"Nih,"
Duh, jadi deg-degan gini sih gua.
"Udahlah, Gi. Kasian Shilla, biarin 2 ribu aja"
Yang dipanggil 'Gi' oleh Kak Heri tidak menjawab.
"Shil, bawa aja sana pulang gak usah diladenin si Gio mah"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Him! [Completed]
Teen FictionIni tentang dia. Tentang dia yang menetap, dia yang singgah lalu pergi, dia yang menghilang, dia yang membuat jatuh. Mencintainya seperti air, mengalir begitu saja yang bahkan aku pun hanyut didalamnya. Terimakasih telah menjadi bagian dari hidu...