Ini Memang Yang Terbaik

4.7K 406 26
                                    

Semenjak kejadian kemarin Cio terlihat selalu murung, ia terus menerus menyesali perbuatannya yang telah menyakiti Shani, walaupun berulang kali Naomi sudah meyakinkannya bahwa apa yang dilakukannya sudah benar, tapi Cio merasa jika ia sudah benar-benar keterlaluan.

"Heran deh aku, ko kamu bisa sih bertahan untuk perempuan yang ga cinta sama kamu"

Naomi menatap serius pada Cio yang kini masih fokus menatap keluar jendela.

"Aku juga ga tau"

Cio berbalik mentap Naomi, sebenarnya pertanyaan Naomi kadang selalu muncul didalam hatinya sendiri, ia pun tak tau kenapa ia bisa begitu mencintai wanita yang justru lebih sering menorehkan luka di hatinya.

Drrrt.. drrrt..

Cio dan Naomi menoleh pada handphone Cio yang bergetas di atas meja, Cio mengambil handphonenya dan membaca satu pesan yang masuk.

Papah Galak :
Temui saya di kantor, ada yang ingin saya bicarakan dengan mu!

Cio menelan ludahnya dengan susah payah. hanya satu pesan singkat dari mertuanya mampu membuat tenggorokan Cio rasanya seperti mengering.

"Kenapa?" tanya Naomi.

"Papa pasti mau sidang aku, Cici pasti ngadu nih" gumam Cio, ia terlihat sangat gelisah dan ketakutan.

"Ya udah, gih siap-siap"

"Tapi aku takut kaaak" Naomi tertawa saat Cio merengek persis seperti anak kecil.

"Malah ketawa, nyebelin emang" Cio mendelik kearah Naomi lalu mengambi handuk dan berjalah menuju kamar mandi.

"Oke Naomi, jangan kebawa perasaan. Lo disini karena sahabat lo bukan untuk Cio"

"Tapi dia manis bangeeet, gimana dong"

***

Indra menatap kosong pada bingkai foto yang selalu ia simpan di meja kerjanya, kini setetes air mata jatuh begitu saja membasahi pipinya, sosoknya yang terkenal berwibawa seolah hilang entah kemana.

"Maafkan aku Om, aku yang telah menghamili anak Om"

"Jika harus ada yang disalahkan, itu aku! aku akan bertanggung jawab untuk menikahi anak Om"

"Apa yang kamu punya sekarang Hah?! Hanya keberanian saja tak cukup menghidupi putriku!"

Tok..tok..

Suara ketukan pintu langsung membuyarkan lamunannya.

"Masuk"

Pintu pun langsung terbuka secara perlahan, dan tampak seorang lelaki yang tak lain adalah Cio berjalan masuk keadalam ruangannya. Cio menunduk takut, apalagi saat indra semakin berjalan mendekatinya.

"Apa kamu seorang laki-laki?" Tanya Indra, suaranya yang tegas terasa mencengkram halus gendang telinga Cio

"Pantesan galak, jadi selama ini Papa ngeraguin gue" Cio bergumam dalam hati

"Heh! jawab!"

"I..iya dong Pah aku ini laki-laki, tapi kalau Papah minta bukti Cio ga mau tunjukin, malu"

Pletak..

"Adaww" Cio meringis kesakitan saat sebuah pulpen mendarat di keningnya.

"Jadi pengusaha aja galaknya udah segini, gimana kalau jadi tentara"

"Kapan sih kamu bisa bersikap dewasa" Indra mengusap kasar wajahnya, ia menatap frustasi pada Cio yang kini tengah menunduk.

"Jangan menunduk, liat saya!"

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang