Yona..Yona..Yona, Nama itu yang kini selalu mengganggu pikirannya. Nama itu yang dulu pernah disebut Cio sebagai orang yang disukai oleh suaminya itu, seseorang yang dulu selalu ada untuk Cio, bahkan bukan hanya untuk seorang Cio tapi untuk Vino juga. Shani semakin gelisah, ia tak suka jika mendengar nama itu, bahkan dulu Vino pun pernah beberapa kali menyebut nama itu saat Vino masih bersamanya.
Shani berjalan membawa nampan berisi makan siang untuk Cio, ia merutuki kebodohannya karena terlalu kesal sehingga ia lupa jika Cio belum makan sejak tadi pagi.
Cklek..
Shani membuka pintu kamarnya dan terlihatlah Cio yang sedang tertidur dengan masih memakai baju kantornya. Shani menyimpan nampan diatas nakas lalu duduk disamping tempat tidur untuk membangunkan suaminya.
"Sayang bangun, ganti baju dulu terus makan" Shani mengelus pelan rambut Cio.
"Nghh.." Cio mengerang kecil, tapi ia tak bangun sama sekali.
"Makan dulu yuk, aku ga mau kamu sa.. astagfirullah" Shani memekik kaget saat tangannya menyentuh kening Cio yang terasa sangat panas, langsung saja ia mengambil baju dan jaket untuk Cio, lalu membuka kemeja Cio yang sudah basah karena keringat dan menggantinya dengan baju yang tadi ia ambil.
"Kita ke klinik, aku siap-siap dulu" Shani mengecup kening Cio lalu bergegas mengganti pakaiannya.
Ting..tong..
Shani menoleh sebentar pada Cio yang mulai terlihat menggigil lalu melangkah keluar untuk membuka pintu saat bel rumahnya terdengar berbunyi.
"Ya, tunggu sebentar" teriak Shani dari dalam.
Shani membuka pintu rumahnya dan terlihatlah kedua mertuanya yang berdiri dengan tersenyum manis kearahnya.
"Mami.. Papi, Masuk Mi..Pi.."
Kenan dan Veranda pun masuk kedalam setelah di persilahkan Shani.
"Kamu mau kemana?" tanya Kenan saat menyadari pakaian Shani yang sudah rapi.
"Ke klinik Mi, Cio demam"
"Hah? Ya ampun.. sekarang Cio nya dimana?" Veranda terlihat khawatir pada anak bungsunya itu, membuat Shani langsung menundukan kepalanya karena ia merasa bersalah.
"Di kamar Mi" lirih Shani
Tanpa basa-basi lagi Veranda langsung berjalan kearah kamar Cio.
"Mami itu selalu panik kalau Cio sakit, Cio itu jarang sakit tapi sekalinya sakit pasti lama" ucap Kenan yang menyadari sikap murung menantunya itu, tapi justru perkataan Kenan membuat Shani semakin takut bukan semakin tenang.
"Ya ampuuuun! Kaki kamu kenapa?"
Shani memejamkan matanya kuat-kuat saat mendengar teriakan Veranda dari arah kamarnya, mendengar istrinya berteriak Kenan langsung berlari menyusul Veranda untuk melihat Cio, diikuti oleh Shani yang terlihat tak bertenaga untuk berjalan.
"Lihat Pi, Kaki Cio" Veranda sudah menangis sementara Kenan langsung terkejut saat melihat kaki anak bungsunya yang membengkak.
"Kenapa bisa gini sih Sayang" Veranda mengusap keringat di sekitar wajah Cio.
"Kaki Cio ketusuk pisau dapur tadi pagi Mi" ucap Shani
"Tadi pagi? dan kamu baru mau bawa suami kamu ke klinik sekarang!"
Shani semakin menunduk takut saat mendengar bentakan dari wanita paling lembut yang ia kenal itu, ini pertama kalinya Shani melihat Veranda marah terlebih lagi itu padanya.
"Ma..maaf Mi tadi itu.."
"Pih, ayo bawa Cio ke rumah sakit" Veranda menyela ucapan Shani, Cio yang setengah sadar langsung menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanfictionKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.