Naomi berlari di lorong rumah sakit, tubuhnya sedikit bergetar. Ada perasaan takut menyelimuti hatinya, sama persis seperti kejadian satu tahun yang lalu.
"Jangan membuat gue jadi pecundang untuk kedua kalinya Yon"
Dyo yang melihat Naomi datang bersama beberapa perawat langsung saja menghampri Naomi.
"Mi, tolong Yona Mi" Dyo benar-benar terlihat panik.
"Tolong lo keluar dulu, telepon Cio, suruh dia kesini"
"Tapi Mi.. "
Naomi tak menghiraukan Dyo, dia langsung menghampiri Yona yang tengah berteriak kesakitan.
Dyo berjalan keluar, ia benar-benar bingung saat ini. Situasinya sekarang Yona sangat membutuhkan Cio tapi ia tau Cio masih marah pada Yona bahkan padanya dan Naomi juga.
***
Saat ini Cio tengah berusaha membujuk Shani yang mendiamkannya semalaman, sudah berbagai cara telah ia lakukan namun Shani tak kunjung luluh.
"Ci, udah dong ngambek nya, aku bingung kalau kamu kyak gini"
Cio menatap memelas pada Shani yang tengah mencuci sayuran, namun Shani benar-benar seperti tak melihat Cio disitu.
"Masa cuman gara-gara ikan, ngambek nya lama banget"
Shani langsung menghentikan aktifitasnya, ia menghela nafas lelah karena sikap Cio yang benar-benar kelewat tak peka, harusnya Cio sadar kalau mood nya benar-benar sangat buruk tapi Cio justru dengan seenak jidatnya membahas kejadian semalam yang sama sekali tak ingin di ingat oleh Shani.
"Ga usah ngerusuhin, aku lagi masak" ucap Shani dengan ketus.
"Siapa juga yang ngerusuhin, aku kan cuman minta maaf"
"Awas ah, jangan berdiri di depan kompor dong, kamu mau aku goreng?"
Cio langsung berdecak sebal dan menggeser tubuhnya yang menghalangi kompor tapi sayang, tangannya tak sengaja menyenggol pisau hingga jatuh menancap di kakinya.
"Aw, aarggh.. sialan ini pisau pake nyium kaki gue segala"
Cio melompat lompat menahan sakit, sementara Shani langsung membulatkan matanya melihat darah yang terus keluar dari kaki suaminya.
"Ya Ampuuun!! Udah aku bilang kan jangan ngerusuhin, nih lihat akibatnya! Punya suami ko bandel banget sih!!"
"Aku kesakitan loh ini, kamu malah marah-marah, tuh lihat darahnya"
Emosi Shani semakin memuncak saat Cio dengan santainya mencabut pisau yang menancap di kakinya lalu memperlihatkan kakinya yang semakin mengeluarkan darah pada Shani.
"Cioooo!! Ish, sini aku obatin luka kamu"
Shani menarik pelan tangan Cio lalu menyuruh Cio untuk duduk sementara ia mengambil kotak P3K.
Dengan telaten Shani mulai membersihkan darah di sekitar kaki Cio tanpa rasa jijik sedikitpun.
"Aw.. Ssshh, pelan-pelan Ci, sakit tau"
Shani berdecak saat darah dari luka Cio terus saja keluar, ia langsung membalut lukanya agar darah Cio berhenti keluar.
"Tunggu disini, aku siap-siap dulu, kita ke klinik" Ucap Shani, ia terlihat sedikit panik.
"Mau ngapain?"
"Dangdutan!! Ya ngobatin luka kamu lah sayaaaang" Shani mulai geram dengan Cio yang selalu saja menunjukan tampang tak berdosanya.
"Ga usah, ini juga udah cukup" Cio melihat-lihat kakinya yang terbalut perban hasil karya istrinya itu.
"Cukup dari mana! Kamu ga lihat darahnya keluar banyak, aku khawatir kalau lukanya dalam dan perlu di jahit, kalau cuma diobatin sendiri kan nanti..."
"Tunggu" Cio menyela ucapan Shani saat handphone nya berdering, Cio melihat kearah handphonnya lalu mematikannya saat nama Dyo tertera disana.
"Oke, lanjutin Ci"
Shani semakin berdecak sebal dengan kelakuan suaminya itu. Ia hendak memarahi Cio lagi tapi Handphone Cio kembali berdering dan Cio kembali mematikannya.
"Dari siapa sih?" kesal Shani
"iii Mama kepo deh. tenang aja, bukan dari selingkuhan Papa ko"
Shani memutar bola matanya malas, ia benar-benar kesal pada Cio yang selalu saja bercanda.
"Bisa ga sih serius dikit! Cape lama-lama ngomong sama kamu!"
"Ya ngomongnya jangan lama-lama kalau cape, gitu aja ko repot"
Cio terkekeh lalu berdiri dan mengambil tas kerjanya, shani dengan sigap langsung menarik tas kerja Cio.
"Ko diambil? Mau gantian kamu yang kerja? Engga ya.. Aku ga bisa nyusuin Zara"
"Udah bercandanya, masuk kamar! hari ini kamu ga boleh kemana-mana"
"Ga bisa Ci, hari ini itu aku harus.. "
"Masuk kamar!! SEKARANG!!" Shani menatap tajam pada Cio membuat Cio langsung terdiam.
Dengan wajah cemberut dan langkah yang pincang-pincang, Cio berjalan dengan terpaksa menuju kamarnya.
"Huh, galak banget, kerjaannya maraaah terus, ngomongin ikan salah, minta maaf salah, mau kerja juga salah, berasa jadi anaknya deh dari pada suaminya, tapi males banget punya emak galak gitu"
"Ngedumel lagi aku bakar PS kamu!!"
Dan seketika suasana menjadi hening.
***
"Cio mana?" Naomi yang baru saja keluar dari kamar Yona langsung menanyakan Cio pada Dyo."Dia susah banget dihubungi, gue yakin dia masih marah"
Naomi berdecak sebal, ia terlihat tengah berfikir.
"Telepon Shani Yo" ucap Naomi.
"Lo gila, nanti Shani nanya yang aneh-aneh gimana? Ogah ah"
"Cepat atau lambat Shani juga harus tau"
"Iya tapi bukan kita yang jelasin semuanya sama Shani, Cio dan Yona yang lebih berhak"
Naomi terdiam, perkataan Dyo ada benarnya, tapi menurutnya masalah ini benar-benar menyiksa, bahkan bukan hanya Cio dan Yona tapi ia juga.
"Gue ga tau lagi harus gimana, seandainya dulu gue.."
Naomi tak kuasa melanjutkan perkataannya, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, mencoba menutupi kesedihannya walaupun Dyo bisa dengan jelas melihat air matanya telah lebih dulu menetes.
"Bukan salah lo, ini udah takdir Mi. Vino ada didalam diri Yona, sekarang yang harus kita lakukan adalah menjaga Yona, buat dia semangat lagi untuk hidup" Dyo mencengkram erat kedua bahu Naomi, ia mencoba meyakinkan sahabatnya itu walaupun sebenarnya ia sendiri pun tak yakin jika Yona akan bertahan lebih lama lagi.
***
Shani tengah memasuk-masukan pakaian kotor ke mesin cuci, sampai saat ini Cio belum mengabulkan permantaannya untuk memiliki asisten rumah tangga karena kriteria yang Cio ajukan cukup aneh, ia ingin asisten rumah tangga yang mirip seperti Shani, katanya supaya yang di lakukannya serasa seperti dari istrinya dan itu tentu membuat Shani tak suka dan akhirnya ia mengalah untuk merawat rumahnya sendiri daripada Cio jadi kepincut asisten rumah tangganya.Saat hendak memasukan celana Cio, ada sesuatu yang jatuh dari sakunya, seperti selembar kertas atau lebih jelas terlihat seperti sebuah foto gadis remaja.
Shani meraih foto yang terlihat telah usang itu, ia mengerutkan keningnya karena tak kenal dengan sosok di balik foto itu, Shani membalikan foto itu dan tertera sebuah tulisan.
Kak Yona 💜
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanfictionKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.