Haruskah Berpisah ?

4.7K 408 32
                                    

Shani menangis semalaman, ia masih memikirkan tentang perkataan Papanya, belum lagi Cio yang tak pulang dan sangat susah di hubungi. Sudah beberapa kali Shani mencoba menghubunginya tapi Handphone nya tak aktif.

"Kamu kemana sih sayang"

Shani benar-benar frustasi, ia langsung mengambil kunci mobilnya di atas nakas dan berjalan setengah berlari keluar kamar. Tujuannya saat ini adalah rumah Kenan dan Veranda, orang tua Cio, ia berharap Cio ada disana karena hanya di rumah mertuanya itu Shani merasa Cio pasti baik-baik saja, sungguh kekhawatirannya pada Cio saat ini begitu menyiksanya melebihi rasa rindunya pada Vino.

"Kamu mau kemana pagi-pagi begini sayang" sapa Anita saat melihat Shani yang terlihat buru-buru menuruni tangga.

"Kerumah Mami Ve Mah" jawab Shani

"Kamu tak boleh kemana-mana hari ini, pengacara Papa akan datang jam sepuluh nanti" tegas Indra yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Pah! Shani ga mau, tolong jangan pisahkan Shani dengan Cio"

Anita langsung membelalakan matanya, ia menatap suami dan putrinya secara bergantian.

"Pisah? Maksudnya apa? Sebenarnya ada apa?"

Shani kembali menangis, ia menatap memohon pada ayahnya agar tidak berterus terang pada ibunya, Shani tak mau lagi melihat ibunya menangis, ia sudah kapok melihat ibunya harus dirawat dirumah sakit saat tau dirinya hamil di luar nikah.

"Pah, sebenarnya ada apa?"

Anita terus saja menekan suaminya agar berterus terang, karena meminta penjelasan pada Shani ia rasa akan percuma apalagi dengan kondisi Shani yang terlihat hancur berantakan seperti ini.

"Tanyakan saja pada anak mu yang satu ini, aku benar-benar malu pada keluarga Kenan" Indra berkata tegas lalu melangkah pergi meninggalkan istri dan anaknya itu.

Anita beralih menatap putrinya, sedangkan Shani masih saja menunduk dan menangis.

"Kenapa nak? kamu dan Cio ada masalah?"
Anita mengusap rambut Shani dengan sayang, ia berharap dengan seperti itu Shani merasa jadi lebih baik.

Shani tak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya, membuat Anita hanya mampu menghela nafasnya.

"Ya sudah, tak apa. Kamu tak perlu bercerita sekarang" Ucap Anita

Anita kembali berjalan kearah dapur, Shani menatap sendu kepergian ibunya. Henry yang sebenarnya sejak tadi memperhatikan mereka, kini berjalan menghampiri Shani.

"Mau ke rumah mertua kamu kan? Udah sana, Mama biar aku yang urus"

Shani menyeka air matanya lalu mengangguk.

"Thanks Kak, aku pergi dulu"

***

Rambut berantakan, mata sayu, kaos dalam yang sedikit kebesaran dan celana pendek bergambar doraemon.
Naomi menatap tak berkedip pada sosok makhluk di hadapannya ini.

"Ada apa sih kak? Kesini pagi-pagi"

Naomi berdecak sebal, mantan adik kelas nya ini benar-benar terlihat menjengkelkan.

"Mau minta minyak goreng, aku belum belanja" ucap Naomi

Cio menganggukan kepalanya lalu mundur beberapa langkah, memberi ruang untuk Naomi masuk.

"Cari aja di dapur"

Cio berjalan gontai menuju sofa, bahkan kini ia sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa dan kembali tertidur. Naomi hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Cio yang sama sekali tak pernah berubah.

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang