Kamu yang Harus Berjuang!

4.9K 414 49
                                    

Tubuh saling bersandar
Ke arah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam
Saat kumenanti fajar

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu

Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu

Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

(Tulus - Pamit)

Cio menoleh pada Shani yang sejak tadi menatapnya saat menyanyikan sebuah lagu, tak ada senyuman dari istrinya itu. Shani hanya menatap Cio dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa?" tanya Cio saat menyadari tatapan heran dari istrinya.

"Aku ga suka kamu nyanyi lagu itu" jawab Shani yang membuat Cio terkekeh pelan.

"Memangnya kenapa?" tanya Cio lagi,  ia memiringkan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Shani dan melihat wajah cantik istrinya itu lebih dekat.

"Lagunya sedih, aku ga suka. Kamu nyanyi itu kayak mau pergi ninggalin aku tau ga" protes Shani.

Cio tersenyum, ia menyelipkan rambut Shani kebelakang telinganya, mengelus pelan pipi Shani dan menatap dalam kedua bola matanya.

"Di dunia ini ga akan ada sesuatu yang abadi, cepat atau lambat semua yang kita miliki akan pergi, karena itu semua memang bukan milik kita, termasuk aku ataupun kamu"

"Ko ngomongnya gitu?"

Shani mengerutkan keningnya, ia menatap tak suka kearah Cio.

"Karena kamu bukan milik aku Ci"

Kini tatapan hangat itu berubah sendu. Shani semakin khawatir, ia menggelengkan kepalanya.

"Engga!  Selama kamu disini, kamu milik aku!" Shani menatap tajam kearah Cio, lagi-lagi Cio terkekeh pelan karena perkataan istrinya, ia meraih kedua tangan Shani lalu mengecupnya dengan perlahan.

"Justru itu, aku mau pamit"

Shani semakin menajamkan tatapannya, ia benar-benar  tak suka dengan perkataan Cio bahkan dapat dikatakan ia benci setiap kali Cio menyinggung soal perpisahan padanya.

"Engga!  Apaan sih pake ngomong gitu segala, aku ga suka!!" bentak Shani.

Entah kenapa ia sangat takut saat ini, benar-benar takut, bahkan kini ia yang menggenggam erat tangan Cio.

"Aku harus pergi Ci"

"Engga!"

Cio mengecup kening Shani cukup lama, lalu berusaha melepaskan genggaman tangan Shani. Shani semakin mengeratkan genggamannya, ia menggelengkan kepalanya mencoba menahan Cio untuk pergi.

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang