Digoda Shani

6.3K 422 45
                                    

"Mbak, tolong perlengkapan Zara dimasukin kedalam tas ya, jangan lupa popok sama beberapa celananya"

"Iya Bu"

Pagi ini Shani tengah disibukan mengurusi si kecil Zara, beberapa hari ini ia memang sering meninggalkan Zara dan menitipkannya pada Mbak Murni yang memang bekerja pada Shani untuk membantunya mengurusi Zara.

"Sip, anak mama udah cantik. sekarang waktunya Zara ketemu Papa" Shani mencium gemas pipi Zara membuat Zara langsung tertawa geli.

"Bu, udah siap semuanya" ucap Mbak Murni

"Oke" 

Shani menyerahkan Zara untuk digendong Mbak Murni sedangkan ia langsung membawa tas berisi perlengkapan Zara menuju mobilnya diikuti Mbak Murni yang berjalan dibelakangnya.

Hari ini Shani memang berniat membawa Zara ke rumah sakit untuk bertemu Cio, Senyuman tak pernah luntur sedikitpun dari bibir Shani, walaupun sekarang ia sedang merasa tak enak badan tapi keinginannya untuk melihat Cio kembali tersenyum membuat rasa lelah yang saat ini dirasakannya sama sekali tak ia hiraukan. Shani sangat berharap Cio kembali ceria lewat Zara walaupun mungkin Cio masih belum bisa kembali bersikap ramah padanya.

Beruntung jalanan sedang tak semacet biasanya sehingga tak butuh waktu lama agar Shani bisa sampai di rumah sakit.

Shani berjalan dengan anggun di sepanjang kolidor rumah sakit dengan masih diikuti oleh Mbak Murni yang menggendong Zara dibelakangnya.

Cklek...

Shani langsung saja terdiam saat melihat pemandang yang membuat hatinya panas. Tampak Cio tengah tertawa lepas dengan seseorang yang selalu menjadi rival terbesarnya, siapa lagi jika bukan Nadse.

Cio dan Nadse yang menyadari pintu terbuka langsung saja menoleh. Cio sebenarnya kaget melihat Shani yang sudah berdiri didepan pintu, tapi ia mencoba bersikap biasa saja dengan kembali mengajak Nadse bicara.

Shani memilih masuk tanpa menghiraukan Nadse ataupun Cio.

"Yo, aku pamit ya. Aku masih ada urusan di kantor" ucap Nadse sambil mengelus pelan bahu Cio dengan ekor mata yang melirik kearah Shani.

"Iya, makasih ya udah nengok kesini, padahal aku tau kamu sibuk banget"

Nadse semakin melebarkan senyumnya, lalu membungkukkan badannya dan mengecup pipi Cio sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan ini.

Shani menggretakkan giginya, pemandangan barusan sungguh menguras emosinya apalagi saat melihat Cio yang bersikap biasa saja.

"Sssshh.." Shani merintih merasakan kepalanya yang berdenyut, ia refleks langsung memijat keningnya. Cio sebenarnya melihat itu, ia pun khawatir melihat Shani yang terlihat pucat. Tapi lagi-lagi egonya lebih besar, ia memilih pura-pura tak melihat apapun.

"Permisi, saya bawa sarapan untuk Pak Cio" ucap Seorang suster yang baru saja datang.

Melihat itu Shani langsung berdiri dan menerima makanan yang dibawa suster tadi.

"Makasih ya sus" ucap Shani, Suster itu tersenyum lalu pamit lagi.

Shani menggeser kursi untuknya duduk lalu mulai membuka satu persatu makanan untuk Cio. Cio hanya mengamati wajah Shani tanpa berniat mengucapkan berbicara sedikitpun. Dengan jarak sedekat ini ia bisa jelas melihat wajah pucat Shani, ia tau Shani kurang istirahat karena terus menerus menjaganya.

"Buka mulutnya" ucap Shani sambil mengarahkan sesendok makanan  pada mulut Cio. Namun Cio hanya terdiam, tangannya bergerak kearah wajah Shani tanpa melepaskan tatapannya kearah lain selain wajah istrinya itu. 

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang