"Aduh,pelan-pelan dong Yo"
Naomi sedikit kewalahan dengan berat tubuh Cio yang kini menimpa tubuhnya, sedangkan Cio justru terkekeh pelan dan mengedipkan sebelah matanya pada Naomi.
"Biar keliatan beneran Kak" bisik Cio tepat di depan telinga Naomi karena suaranya sangat pelan. Naomi hanya menggeleng pelan karena perlakuan Cio yang tanpa Cio sadari mampu memacu detak jantungnya menjadi lebih cepat.
Dengan perlahan Naomi mendorong pelan tubuh Cio lalu menahan tubuh Cio agar tak jatuh lagi. Jika saja tak ada Shani disini mungkin Naomi akan membiarkan tubuh Cio memeluknya lebih lama lagi.
"Oke, terapi hari ini cukup sampai disini" ucap Naomi.
Shani yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati Cio untuk membantunya duduk di kursi roda.
"Ci, aku mau keliling-keliling dulu, ga apa-apa kan Kak"
Naomi tersenyum dan mengangguk.
"Terimakasih dok" ucap Shani.
"Ga usah terlalu formal lah Shan, panggil kakak aja"
Shani mengangguk lalu tersenyum pada Naomi.
"Oke kak, kalau gitu aku antar Cio keliling dulu ya kak"
Naomi mengangguk lalu membiarkan Shani dan Cio benar-benar hilang dari pandangannya.
"Ci, tadi kamu lihat kan aku udah bisa jalan sedikit-sedikit?"
"iya"
"Aku mau minta jadwal terapi tambahan ah, supaya bisa cepat-cepat jalan lagi"
"Ga usah"
Cio mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban Shani, seharusnya Shani mendukung idenya tapi kenapa Shani justru melarangnya.
"Kamu ga mau aku sembuh ya?"
Shani langsung menghentikan langkahnya, ia terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali melangkah menuju salah satu kursi di taman rumah sakit.
Cio semakin bingung dengan sikap Shani. apalagi sekarang Shani duduk tanpa menoleh sedikitpun kearahnya.
"Kamu kenapa?" Cio mengetuk-ngetukan telunjuknya di lengan Shani, namun Shani tak merespon dekitpun membuat Cio langsung mengerucutkan bibirnya.
"Loh Nadse"
Mendengar Cio menyebut nama itu Shani langsung menoleh dan hendak mengeluarkan emosinya yang sejak tadi tertahan namun..
Cup..
Bukan Nadse yang ia lihat saat ini, melainkan wajah suaminya yang berada sangat dekat karena kini bibir mereka tengah menempel.
Sadar sedang dimana mereka saat ini, Shani langsung mendorong bahu Cio dan menatap tajam kearahnya dengan pipi yang memerah.
"Kamu apa-apan sih, kalau ada yang lihat gimana?"
Cio mengusap-usap tengkuknya dan terlihat salah tingkah.
"Abisnya aku bingung kamu kenapa, kata temen aku sih biasanya cewek kalau marah ya dicium biar luluh"
Kata-kata itu keluar dengan polosnya dari mulut Cio, tanpa berfikir akan seperti apa respon Shani saat mendengarnya dan tentu saja Shani langsung menarik telinga Cio hingga Cio merintih kesakitan.
"Aaaww.. aduh Ci sakit.."
"Jadi maksud kamu kalau Kak Naomi ngambek juga harus dicium, terus kalau Nadse ngambek juga harus dicium? iya?"
"Aaa..eng..engga Ci, bukan gitu"
"Terus apa?"
"Ya kalau ke cewek lain sih aku tanya dulu, dia mau aku cium apa engga...aaaakk duh Ci, sakiiit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanfictionKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.