"Kamu ngapain disini Nads?"
Bukanya menjawab, Nadse justru tersenyum menanggapi kebingungan Cio.
"Kamu gila ya senyum-senyum sendiri?"
"Iya, gila karena kamu"
Cio langsung bergidik geli saat Nadse berbicara tepat didepan telinganya.
Tak betah dengan suasana seperti ini, Cio langsung menutup kotak bekalnya yang telah kosong dan bergegas untuk pergi, tapi Nadse langsung menahan tangannya."Aku akan pecat kamu kalau kamu pergi"
Cio menghela nafasnya, mau tak mau ia kembali duduk kembali dan menemani Nadse makan siang.
***
Mood Cio benar-benar hancur berantakan hari ini, Nadse yang ternyata anak dari pemilik perusahaan tempat Cio bekerja menjadi selalu seenaknya. Setelah Nadse memaksanya untuk menemani makan siang Nadse seolah tak kehabisan cara agar selalu dekat dengannya, bahkan Nadse sering bolak-balik ke ruangan tempat Cio bekerja dengan alasan memantau kerja divisi tempat Cio ditugaskan.
"Cio"
Cio menoleh pada seseorang yang memanggilnya, ternyata Pak Dani salah satu manager di perusahaan ini.
"Iya Pak ada apa?"
"Kamu di panggil Bu Nadse diruangannya" jawab Pak Dani.
Cio terdiam, ia benar-benar lelah dengan sikap Nadse, baru saja Nadse keluar dari ruangannya sekarang Nadse memanggilnya.
"Hey, kenapa kamu bengong, ayo sana"
"I.. Iya Pak"
Cio langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan Nadse, selama ia berjalan banyak sekali karyawan yang berbisik dan telihat canggung pada Cio, mungkin karena kejadian di kantin tadi, mereka mengira Cio adalah pacar dari atasan mereka itu.
Tok.. Tok..
Cio mengetuk pintu ruangan Nadse dengan malas, tak perlu menunggu lama terdengar suara Nadse yang menyuruhnya masuk.
Nadse langsung menyambut Cio dengan senyum manisnya, senyuman yang masih sama seperti saat mereka pacaran dulu, bahkan Cio pun merasakannya, Nadse memang tak pernah berubah.
"Ada apa Bu Nadse memanggil saya?"
Nadse terkekeh pelan mendengar gaya bicara Cio yang sangat formal padanya.
"Kamu ada diruanganku sayang, jangan terlalu formal lah"
"Mau kamu apa sebenarnya?" Cio menatap jengah pada Nadse.
Nadse berjalan mendekati Cio, ia tersenyum senang bisa melihat wajah pujaan hatinya dari jarak sedekat ini, tanpa peduli dengan tatapan Cio yang terlihat risih didekatnya.
"Aku rindu kamu, aku merindukan kita yang dulu, kamu yang dulu juga aku yang dulu. aku merindukan kamu yang selalu ada untukku, aku pun merindukan aku yang selalu ceria saat kamu ada di hidup aku"
Cio tertegun mendengar suara Nadse yang terdengar lirih di telinganya, Cio sadar ia telah menyakiti Nadse, Nadse tak pernah sedikitpun menghianatinya tapi ia dengan tega memutuskan hubungan dengan Nadse karena ingin menikahi Shani.
"Maaf" hanya kata itu yang mampu Cio keluarkan bahkan kini ia menunduk tak kuasa melihat tatapan sendu dari gadis yang dulu sempat mengisi hatinya itu.
"Dari dulu aku selalu memaafkanmu, aku cuma mau kamu kembali padaku Cio" Nadse sudah tak mampu lagi menahan tangisnya.
"Maaf, aku ga bisa Nads, aku sudah punya seorang istri bahkan aku pun telah memiliki anak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanfictionKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.