Bidadari Kedua

5.1K 410 31
                                    

Shani terbangun dari tidurnya, ia melirik kearah jam dinding  yang masih menunjukan pukul 3 pagi. Shani menggigit bibir bawahnya karena ada hal yang ia inginkan sekarang tapi ia tak tega membangunkan suaminya yang kini sedang  terlelap tidur.

"Tahan Shani, kamu pasti bisa tahan" Shani bergumam sendiri mencoba menenangkan pikirannya, namun tak lama kemudian ia kembali merasakannya dan kali ini sulit untuknya menahan lagi.

"Cio, sayang bangun dong" Shani sedikit menggoyang-goyangkan bahu Cio agar suaminya itu bangun, tapi tak ada respon sedikitpun dari Cio.

"Ish.. Cio banguuun" Kini Shani mengguncang tubuh Cio dengan sedikit kasar, hingga akhirnya ia berhasil dan Cio pun terbangun walaupun matanya masih terpejam.

"Apa sih, aku masih ngantuk" 

"Aku mau kue cubit" ucap Shani

"Ngidam ko mau di cubit, sini..sini" dengan wajah yang masih mengantuk Cio mengangkat tangannya hendak mencubit pipi Shani tapi Shani langsung menahannya.

"Kue cubit sayang, ku-e- cu-bit" Shani mengeja kalimatnya agar Cio mengerti.

Cio melirik kearah jam dinding lalu kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

"Masih jam segini, mana ada yang jual. Nanti pagi aja" ucap Cio sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

"Ga mau ih! mau sekarang!"

"tapi Ci.."

Hiks...

"Hadeh.. iya..iya aku cari sekarang, jangan nangis" Cio bangun dan berdiri mengambil jaketnya dengan mata yang setengah terpejam, bahkan jalan pun ia masih sempoyongan.

"Sayang.." 

"Apa lagi?" Cio menatap jengah pada Shani yang sekarang justru tengah terkekeh.

"Yang kamu bawa itu kimono aku loh" 

Cio langsung melihat pada benda yang di pegangnya. 

"Astagfirulloh" 

langsung saja ia menyimpan kimono Shani dan beralih mengambil jaketnya, tapi saat hendak membuka pintu, Shani kembali memanggilnya.

"Apa lagi sih?"

"Biasanya kalau mau pergi selalu cium kening aku dulu" 

Cio tersenyum tipis, kekesalannya seolah hilang saat Shani merajuk kepadanya, bahkan ia benar-benar gemas dengan wajah cemberut istrinya ini. Cio berjalan menghampiri Shani lalu mengecup keningnya.

"Aku pergi dulu ya sayang" Ucap Cio, ia mengelus puncak kepala Shani dengan sayang lalu beralih pada perut Shani yang sudah membesar dan langsung mengecupnya.

"Kamu kalau minta, yang enak-enak dong dek, minta mama kamu cium Papa kek atau minta mama kamu pijitin Papa gitu"

"Huuuu itu sih maunya kamu" Shani mencubit gemas hidung Cio

"Sakit Ci.. tuh dek Mama KDRT sama Papa, cepet lahir dong supaya bisa belain Papa" Cio masih betah mengelus-elus perut Shani dan sesekali berteriak girang karena ia merasakan bayi di dalam perut Shani yang bergerak.

"Jadi, kapan kamu perginya?" 

"Tuh dek, Papa diusir tuh" 

Shani memutar bola matanya malas, sementara Cio malah menempelkan telinganya di perut Shani, seolah-olah ia tengah mendengarkan sesuatu.

"Yo, cepet dong, aku beneran lagi mau kue cubit nih" Shani mulai kesal dengan tingkah laku Cio yang sepertinya sengaja mengulur-ulur waktu.

"Iya sayang..iya.. kalau cemberut makin cantik deh" 

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang