Shani benar-benar menikmati perannya sebagai seorang ibu, ia sangat telaten merawat Zara dan juga bayi besarnya, siapa lagi kalau bukan Cio. Seperti sekarang, ini adalah hari pertama Cio kerja di sebuah perusahaan ternama setelah beberapa hari ia telah lulus kuliah. Walaupun Indra dan Kenan sudah menawarkan untuk Cio memegang salah satu perusahaan cabang mereka tapi Cio tak mau, ia lebih memilih jadi karyawan biasa dulu katannya.
"Sayang, bekalnya udah aku masukan kedalam tas kamu, harus dimakan ya" teriak Shani dari arah dapur.
"Yaaah, Papa dikasih bekal kayak anak SD, padahal Papa bisa beli makan di kantor, Mama kamu pelit Dek, ga mau kasih Papa uang jajan" Cio berbisik pada Zara yang sedang digendongnya.
"Aku cuman mau hemat sayang, apalagi kebutuhan Zara pasti banyak" Ucap Shani yang kini sudah berjalan kearah meja makan dengan membawa piring berisi nasi goreng untuk Cio.
"Sarapan dulu, sini Zara nya aku gendong" Shani mengambil alih Zara kedalam pangkuannya lalu duduk di samping Cio.
Cio melahap sarapannya dengan wajah cemberut, ia masih merasa malu jika membawa kotak bekal ke kantor.
"Jangan malu sama perhatian kecil dari seorang istri, disetiap perhatiannya selalu terselip doa yang tulus untuk suami"
"iya.. Iya.. Aku mau bawa bekal ke kantor"
Shani tersenyum lalu ia teringat sesuatu yang sebenarnya ingin sekali ia tanyakan pada Cio dari kemarin.
"Oh ya sayang, aku mau tanya"
"Tanya aja" Ucap Cio dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.
"Kamu dapat uang dari mana untuk beli rumah ini?"
"Kan aku udah bilang dari tabungan"
"Aku aja yang udah kerja belum bisa loh beli rumah sebesar ini" Ucap Shani.
"Itu sih karena kamu pelit" Cio berkata dengan entengnya membuat Shani langsung mendengus sebal, sedangkan Cio dengan tampang tak berdosanya terus saja melahap sarapannya sampi habis.
Cio menyilangkan sendok dan garpu di atas piring setelah sarapannya habis tak bersisa lalu meneguk habis segelas susu yang di siapkan Shani untuknya. Setelah itu Cio menggeser tubuhnya menjadi berhadapan dengan Shani.
"Aku dapat banyak uang hasil balapan Ci"
"Hah? Balapan? Sejak kapan?" Shani menatap sengit kearah Cio.
"Beberapa bulan yang lalu waktu aku ninggalin kamu, awalnya cuma iseng tapi ternyata aku menang, jadi ketagihan deh, tiap minggunya aku bisa bawa uang puluhan juta loh"
"Mulai sekarang ga ada balap-balapan lagi!" tegas Shani
"Tapi Ci itu kan.."
"Ga ada tapi-tapi Cio, nurut dong! aku larang juga buat kebaikan kamu"
Jika sudah seperti ini maka yang bisa dilakukan Cio hanya diam dan mengalah, Shai menghela nafas kasar melihat wajah murung suaminya lalu mengusap lembut Pipi suaminya itu.
"Aku cuma takut kehilangan kamu, balap itu kan bahaya. aku takut kamu kenapa napa sayang, jangan balapan lagi ya" Kini Shani berbicara dengan sangat lembut,Cio pun mengangguk, Shani paling bisa melemahkan Cio hanya dengan nada suaranya.
"Ini itu sebenarnya rumah Papi yang sengaja Papi persiapkan untuk anaknya yang pertama menikah, Papi mengira Kak Vino akan lebih dulu menikah, itu sebabnya rumah ini atas nama Kak Vino, tapi sekarang ada Zara. Dia yang lebih berhak untuk rumah ini, itu sebabnya aku membeli rumah ini pada Papi, ya walaupun baru terbayar setengahnya karena tabungan aku ga cukup tapi aku akan cicil tiap bulannya ke Papi, walaupun awalnya Papi menolak menerima uangku dan Papi akan memberikan rumah ini secara cuma-cuma pada kita, tapi aku rasa aku ga berhak menerimanya, aku lebih baik membelinya dari hasil keringatku sendiri apalagi ini untuk keluargaku, tanggung jawabku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanfictionKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.