Ketika ku mendengar bahwa
Kini kau tak lagi dengannya
Dalam benakku timbul tanya
Masihkah ada dia
Di hatimu bertahtaCio menghentikan nyanyiannya, ia langsung terdiam mencerna lirik yang baru saja ia lantunkan.
"Cici masih cinta kak Vino ga ya" gumam Cio.
Cio menggigit bibir bawahnya, rasa bersalah muncul memenuhi hatinya. Bagaimana jika Shani tau yang sebenarnya. Jujur saja ia belum siap menerima kenyataan jika Shani masih mencintai Vino tapi ia juga tau kalau akan sangat sulit melupakan seseorang yang pernah kita cintai apalagi dalam jangka waktu yang tak sebentar.
"Hayo lagi ngelamunin apa?"
Cio tersentak kaget saat Shani muncul secara tiba-tiba dan memeluknya dari belakang.
"Engga Ci, aku cuma lagi mikir kerjaan"
"Kerjaan atau atasannya?"
Cio membalikan tubuhnya untuk menatap Shani yang kini tengah cemberut dihadapannya.
"Kerjaan Ci, ngapain juga aku mikirin atasan"
"Ya kan siapa tau aja mikirin Nadse, kamu pegang perusahaan aku aja Yo, ga usah kerja bareng Nadse" pinta Shani namun Cio langsung menggelengkan kepalanya.
"Segitunya banget ya ga mau jauh dari mantan"
Shani terlihat kecewa, sejujurnya ia mulai emosi, tapi kejadian kemarin benar-benar jadi pelajaran untuknya.
"Aku udah terikat kontrak Ci, ga bisa keluar gitu aja, kalau engga aku pasti kena denda"
"Berapa? Aku akan bayar semua dendanya"
Cio tersenyum tipis, tangannya terangkat membingkai wajah cantik Shani.
"Ga semua hal bisa diselesaikan pakai uang, ini soal profesionalitas kerja. Kalau bekerja di perusahaan orang lain aja aku ga bisa profesional, bagaimana nanti aku mimpin orang banyak di perusahaan kamu"
Shani tersenyum, ia mencubit gemas hidung Cio.
"Bocah aku udah dewasa ternyata"
"Tapi aku belum sepenuhnya jadi pria dewasa Ci"
"Maksudnya?"
"Eh, engga.. Lupain aja"
Entah kenapa Cio jadi salah tingkah karena ucapannya sendiri, ia bahkan tak berani menatap istrinya itu.Tiba-tiba Zara menangis, Shani langsung menghampiri Zara dan menggendongnya.
"Zara kenapa?" Tanya Cio
"Haus kayaknya"
Cio menganggukan kepalanya, lalu berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya disana, Cio memejamkan matanya. Ada sesuatu hal yang sebenarnya mengganggu pikirannya, Ia selalu tak tenang jika hal itu tiba-tiba terlintas di benaknya.
"Apa Zara akan tetap menerimaku jika ia tau aku bukan ayah kandungnya?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Cio membuat Shani yang sedang menyusui Zara langsung menoleh kearahnya.
"Aku ga suka sama pertanyaan kamu" ketus Shani karena ia memang tak suka jika Cio mengungkit ungkit hubungan Zara,Vino dan dirinya.
"Suatu saat nanti Zara harus tau"
"Kamu Papanya, ga ada lelaki lain yang bisa jadi Papa untuk Zara!"
"Bagaimana pun dia bukan darah dagingku"
Shani menatap tak percaya pada Cio, ini begitu sakit, selama ini bahkan ia menganggap jika Cio lah ayah biologis Zara, tak ada lelaki lain. Ia benar-benar telah mengubur nama Vino di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanfictionKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.