"Yo, udah dulu main game nya, kamu harus makan"
Sudah sejak tadi Shani terus saja membujuk Cio yang masih tak bisa lepas menatap layar handphone untuk bermain game.
Ingin rasanya ia merebut paksa handphone itu dari tangan Cio agar perhatian Cio kembali padanya, tapi keadaan Cio yang sekarang mendiaminya membuat Shani tak bisa berkutik apa-apa dan lebih memilih menuruti semua yang Cio inginkan."Ayo dong sayang, makan dulu"
Cio melirik Shani melalui ekor matanya, tak tega sebenarnya melihat Shani memelas seperti itu tapi jika ia luluh begitu saja maka rencana nya pasti akan gagal.
"Taruh aja di nakas, nanti aku makan"
Cio berkata dengan nada dingin berharap Shani mengira jika ia masih marah padanya."Engga, aku ga tenang kalau belum lihat kamu makan"
Cio berdecak sebal, ia menjauhkan layar handphone dari pandngannya lalu menatap jengah kearah Shani.
"Ya udah sini makanannya" ketus Cio
Shani menggelengkan kepalanya."Apa lagi sih?!"
"Harus aku yang suapi kamu, nih buka mulutnya"
Dengan masih memasang wajah kesal Cio mulai membuka mulutnya dan menerima suapan dari tangan Shani.
"Enak ga?" tanya Shani dengan senyuman yang mengembang dari bibirnya.
"enaaak banget Ci" ucap Cio, yang tentunya hanya berucap dalam hati saja.
"Biasa aja"
Senyuman yang tadi merekah itu langsung luntur seketika, mood Shani berubah drastis saat mendengar jawaban dari suaminya, padahal ia sudah susah payah memasak untuk suaminya itu, berharap dengan seperti itu Cio akan luluh, tapi nyatanya ia gagal total.
"aduh, kejam banget ga sih gue, please Ci kamu yang kuat, aku takut kamu minta cerai, iiih amit-amit" batin Cio. Shani masih terlihat murung tapi tangannya masih setia menyuapi Cio.
"Kamu ga pulang? Ga nemuin Kak Vino?"
Shani yang sedang mengaduk makanan langsung terdiam.
"Nih makan lagi" Shani kembali menyuapi Cio tanpa berniat menjawab pertanyaannya.
"Ko ga dijawab?"
"Ga penting"
"Eh buset ko jadi galakan dia"
"oh jadi menurut kamu Kakak aku itu ga penting?"
"Dia bukan siapa-siapa aku"
"Salah, dia ayah dari anak kamu, jelas ada hubungannya sama kamu"
Prang..
Shani menghentakkan sendok dengan kasar hingga bunyi nyaring terdengar saat sendok beradu dengan piring yang sejak tadi ia pegang.
Shani meletakkan piring itu di pangkuan Cio, lalu ia beranjak dari duduknya.
"Habiskan makanannya, aku ke toilet dulu"
Tanpa menunggu jawaban Cio, Shani langsung berjalan keluar. Shani sudah tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi ingin keluar. Ia benar-benar merasa kehilangan sosok seorang Cio yang selalu mencintanya, separah itukah kesalahannya hingga ia harus menelan pil pahit karena apa yang dulu ia perbuat, pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang selalu muncul dibenaknya setiap kali Cio bersikap dingin padanya.
"Shani"
Shani menoleh kearah suara orang yang memanggilnya, tampak Dyo tengan berjalan kearahnya dengan masih menggenakan pakaian kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanfictionKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.