Pulang

4.4K 362 29
                                    

"Aku pulang, tanpa demdam..kuterima kekalahanku.. "

"Brisik yo"

Shani yang tengah memasukan barang-barang kedalam tas sangat terganggu dengan suara nyaring suaminya itu.

"terima kekalahan dari siapa kamu Yo" tanya Naomi yang juga ada disana setelah melakukan cek terakhir sebelum pasien istimewanya itu pulang.

"Aku kalah dari pasien yang lain kak, mereka masih bisa liat senyum manis kamu tiap hari disini"

"Yo.. "

"Ampun Ci, aku cuman bercanda"

Cio menunjukan cengirannya dihadapan Shani yang kini menatap malas kearahnya. Naomi hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah lelaki yang sangat ajaib dihadapannya ini.

"Pagi.. "

Cio, Naomi dan Shani menoleh kearah pintu. Tampak Vino dan sang kakek yang tengah tersenyum kearah mereka, dengan sigap Naomi langsung menuntun Vino untuk duduk di sofa, Shani dan Cio saling tatap lalu tersenyum penuh arti.

"Waah cucu kakek udah bisa pulang ya, sini.. Sini peluk dulu dong"

dr.Fajar merentangkan tangannya sambil melangkah mendekati Cio namun Cio justru langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Kakek malu-maluin!" teriak Cio dari dalam selimut sehingga kakeknya itu langsung tertawa puas melihatnya.

"Sayang, ganti baju dulu yuk" ucap Shani. dr.Fajar melirik kearah Naomi.

"Ya sudah, kamu urus dulu nih bayi besar yang satu ini ya Shan, kakek sama Vino mau sarapan dulu di kantin".

Shani tersenyum dan mengangguk.
dr. Fajar melangkah keluar lebih dulu, disusul Naomi yang masih setia menuntun Vino.

"Mereka serasi ya" ucap Cio yang langsung di angguki oleh Shani.

"Buka bajunya yank" pinta Shani.

"Aku ganti sendiri aja ya"

"kaki kamu kan masih belum bisa gerak, nanti repot kalau sendiri"

Cio menelan ludahnya dengan susah payah, walaupun dihadapannya ini adalah istrinya tapi ia masih malu jika harus memperlihatkan tubuhnya didepan Shani. Cio tersentak kaget saat merasakan hangat di pipinya lalu disusul kekehan kecil dari mulut Shani.

"Kaget ya, kamu ngelamun sih" ucap Shani tanpa menghentikan aktifitasnya mengelap wajah Cio dengan handuk kecil yang telah ia celupkan ke air hangat.

"Cepet sembuh ya bayi besarnya aku"

Cio tersenyum miris, ia merasa bersalah karena telah membohongi Shani padahal sudah terbukti jika Shani sangat setia merawatnya dalam keadaan apapun.

"Oh iya, kemarin aku panen loh, kebun kecil kita udah beberapa kali panen, kamu sih kabur-kaburan terus" Shani mengerucutkan bibirnya, tapi tangannya masih setia membersihkan tubuh Cio.

"Kemarin panen apa?" tanya Cio

"Kemarin aku panen sawi sama terong"

Mata Cio langsung berbinar seketika.

"Terong legenda" gumamnya dan masih dapat tertangkap oleh indra pendengaran Shani.

"Terong legenda?" Shani mengerutkan keningnya, ia bingung dengan maksud dari ucapan Cio.

"Iya, terong yang kita tanam itu kan bukti betapa romantisnya aku sama kamu Ci" semburat merah muncul dari kedua pipi Cio, bahkan kini ia tengah tertunduk malu, bukanya Shani yang tersipu justru ini Cio sendiri lah yang tersipu malu dengan ucapannya sendiri, membuat Shani hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang