Dia Datang

4.7K 405 36
                                    

Veranda hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anak bungsunya ini. Sejak ia datang menjenguk menantu dan juga cucu nya, Cio sama sekali tidak melepaskan pelukannya, Cio justru semakin mengeratkan pelukannya saat Kenan meledeknya dengan sebutan anak manja.

"Ampun deh Shan, itu suami lo kenapa sih" Shania mencoba menahan tawanya saat Cio bersikap manja pada Veranda.

"Ga tau tuh, dari semenjak dia bangun karena pingsan lihat darah gue, jadi gitu deh" jawab Shani, Cio seolah tak perduli dan tetap memeluk Maminya itu.

"Mami dulu waktu lahirin aku sesakit itu juga ya?"

Veranda tersenyum, ia jadi paham kenapa Cio seperti ini.

"Mami dulu sempat kritis setelah melahirkan kamu, Mami kehilangan banyak darah"

Cio langsung tercekat dan menatap kaget kearah Veranda.

"Tapi, Mami ga menyesal sedikit pun. Itu perjuangan seorang ibu nak, dipikiran Mami saat itu hanya kamu dan kamu, tanpa peduli setelahnya Mami masih bisa bertahan hidup atau engga, Mami rasa Shani pun pasti merasakan hal itu bahkan semua wanita pun pasti akan merasakan hal yang sama" Veranda melirik kearah Shani yang tengah tersenyum.

"Harus sayang sama Shani, udah lihat kan perjuangannya seperti apa?"

Cio mengangguk lalu kembali memeluk Veranda, membuat semua yang ada disana tersenyum melihat kehangatan ibu dan anak itu.

"Shan, anak mu namanya siapa? Udah dikasih nama kan?" tanya Boby yang tengah mengelus-elus pipi bayi Shani di gendongan Shania.

"Namanya Zara Anindira Harlan, Cio yang kasih nama" ucap Shani.

"Shan, kayaknya anakmu haus nih" Shania langsung mendekati Shani dan memberikan Zara kepangkuan Shani.

"Ya udah yuk kita keluar dulu, biar dedek Zara minum susu dulu" Sahut Kenan yang langsung diangguki oleh semuanya lalu satu persatu dari mereka keluar dari kamar rawat Shani.

"Kamu mau kemana?" Shani menarik ujung baju Cio saat Cio hendak keluar.

"Keluar lah Ci, kamu kan mau nyusuin Zara"

"Kamu disini aja, temenin aku" pinta Shani namun Cio langsung menggelengkan kepalanya.

"Cici ga malu apa kalau aku disini?"

"Engga, kamu kan suami aku"

Cio langsung memalingkan wajahnya yang bersemu merah, membuat Shani tersenyum gemas melihatnya.

"Sini duduk deket aku" pinta Shani.

Cio berjalan menghampiri Shani dengan wajah yang menunduk lalu duduk di kursi samping ranjang Shani.

"Kalau kamu ga mau lihat ya jangan di lihat, tapi kamu harus temenin aku disini" ucap Shani, Cio mengangguk lalu mengubah posisinya manjadi membelakangi Shani, melihat itu Shani langsung terkekeh dan mulai menyusui Zara.

"Ci.. " panggil Cio dengan posisi yang masih membelakangi Shani.

"hmm.. Apa sayang?" tanya Shani sambil mengusap lembut kepala Zara.

"kamu percaya ga sama ikatan batin orang tua dan anaknya?"

Shani melirik kearah punggung Cio, lalu mengangguk walaupun ia tau Cio tak akan mungkin melihatnya.

"Aku percaya, karena aku pernah merasakannya dulu, aku pernah merasa tak enak hati seharian saat SMA dan ternyata Mama kecelakaan terus aku juga pernah pulang kerja terlalu malam dan hampir aja aku di goda preman tapi Papa langsung datang, padahal aku belum menghubungi Papa sedikitpun, Papa sih bilang dia juga ga tau, tapi rasanya pengen aja lewat jalan itu, dan aku sadar kalau itu karena ikatan batin aku dan orang tua ku yang sangat kuat"

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang