Cio terdiam menatap keluar jendela, gerimis dihari ini seperti mewakili semua perasaannya, seandainya ia tidak larut dalam perasaannya terhadap Shani maka semuanya tak akan terasa sesakit ini, Cio terus menerus merutuki kebodohannya.
"Harusnya gue sadar gue ini siapa" Cio berkata dengan lirih, pikirannya menerawang jauh pada kejadian beberapa bulan yang lalu.
"Yo tolong beritahu aku dimana Kakak kamu, aku harus bertemu dengannya"
"Sudah seminggu Kak Vino ga pulang Ci, aku juga ga tau dia dimana, memangnya kenapa? sebenarnya ada apa?"
"Aku hamil Yo, aku hamil anak Vino dan dia pergi setelah aku memberitahu nya, dia tak mengakui anaknya yang ada di dalam rahimku"
"A..apa?"
"Sekarang kedua orang tuaku tau, tapi aku tak bisa bilang siapa ayahnya sebelum aku bertemu dengan Vino, aku takut Yo.. aku belum siap membesarkan anak ini sendirian"
"Pulang Ci, jelaskan semuanya secara baik-baik lalu kita cari Kak Vino sama-sama"
"Papa mengusirku Yo, dia bilang aku tak boleh pulang sebelum aku membawa ayah dari anak yang aku kandung"
"Ya ampun, kenapa rumit sekali"
"Bantu aku Yo, tolong bantu aku"
"Bahkan aku bingung apa yang harus aku lakukan Ci"
"Tolong akui anak yang ada didalam rahimku sebagai anak kamu, nikahi aku dan bantu aku membesarkan anak ini, setelah aku merasa sanggup bertahan sendiri terserah kamu kalau kamu mau pergi meninggalkanku"
Cio tersentak kaget saat sepasang tangan melingkar di perutnya, Cio hanya terdiam karena ia tau siapa yang memeluknya dari belakang dan membuyarkan lamunannya.
"Katanya sebentar, tapi ternyata lama" terdengar nada manja dari mulut Shani, Cio hanya tersenyum tipis, sungguh ia sangat merindukan sifat manja istrinya itu.
"Ko istrinya di punggungi terus sih" Ucap Shani kali ini dengan nada kesal sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Cio. Cio berbalik dan tersenyum menatap istrinya, seketika raut wajah Shani berubah.
"Mata kamu ko sembab? kamu kenapa?" Shani menatap khawatir kearah Cio.
"Engga, tadi kelilipan"
"Kamu ga bohong kan?"
"Engga sayang"
"Tapi ko aku ngerasa kamu bohong ya"
Cio kembali tersenyum, ia meraih tangan Shani lalu menuntunnya untuk duduk di tempat tidur.
"Tunggu sebentar" Ucap Cio lalu ia melangkah menuju sudut kamarnya untuk mengambil sebuah gitar. Shani hanya diam memperhatikan Cio yang kini tengah memetik senar-senar gitar di hadapannya
Kau adalah puisi hati
Di kala rindu tak bertepi
Ku ingin kau ada saat ku membuka mata
Hinggaku menutupnya kembaliKau sirnakan kabut kelabu
Di savana pencarianku
Bagai embun pagi kau
Lepaskan dahaga kemarau hatiKaulah lukisan pagi yang ku gambar untuk senjaku
Kaulah selaksana bunga yang warnai musim semiku
Di kala hati ini
Gundah
Kau membuatnya menjadi cerah
Kaulah matahariku dan kaulah samudra
Tempat hatiku bermuaraKau jawaban dari doaku
Yang akhiri penantianku
Bagai bintang jatuh
Kau hadirkan harapan di dalam
Hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbaik
FanficKita menikah tanpa didasari oleh rasa cinta sebelumnya, bagimu aku adalah suatu kesalahan tapi bagiku kamu lebih dari suatu kebahagiaan.