Gracia

4.5K 356 22
                                    

Naomi terdiam melihat sebuah hasil lab milik salah satu pasiennya, Lagi-lagi ia harus menangani pasien yang mempunyai penyakit sama seperti Yona. Kegagalannya saat itu benar-benar membuatnya terpuruk dan ia takut itu akan terulang lagi.

"Padahal dia gadis yang sangat manis"

Tok.. Tok..

Naomi menoleh kearah pintu yang diketuk.

Cklek..

Pintu itu terbuka sedikit dan terlihatlah seorang laki-laki yang duduk di kursi roda tengah tersenyum kearahnya.

"Bocah tengil, ngapain kamu kesini" Ucap Naomi lalu berjalan menghampiri si bocah tengil yang tak lain adalah Cio.

"Kangen dokter cantik lah"

Naomi hanya menggelengkan kepalanya lalu mendorong kursi roda Cio untuk masuk kedalam ruangannya.

"Sama siapa kesini?"

"Sendiri"

"Serius sendiri?  Shani kemana?"

Cio yang merasa aman berada di ruangan Naomi langsung saja berdiri dari kursi rodanya.

"Aaah pegel banget deh rasanya duduk terus"

Cio menjadikan kesempatan ini untuk meregangkan semua otot-ototnya, rasanya sangatlah nyaman, ia bisa bergerak leluasa sesuka hatinya seperti sekarang.

"Udahlah Yo, jangan bohong terus, aku rasa Shani sudah benar-benar melupakan Vino"

Mendengar itu Cio langsung terdiam dan menjatuhkan tubuhnya di kursi depan meja kerja  Naomi.

"Aku juga udah pikirin itu Kak, tapi aku bingung, aku takut Ci Shani marah, kamu tau kan kak kalau Ci Shani itu marahnya serem banget" Cio bergidik ngeri saat membayangkan wajah Shani ketika sedang marah.

"Salah sendiri, kamu kan yang punya rencana ini"

Cio menghela nafas lelah lalu menempelkan pipinya di meja kerja Naomi, membuat Naomi tersenyum gemas melihat tingkah lucu lelaki yang saat ini masih memenuhi hatinya itu.

"Aku kan cuman mau tau kesungguhan Ci Shani Kak, apalagi sekarang ada Kak Vino dengan keadaannya yang seperti itu, aku rasa dia masih mencintai kakak ku"

"Tapi kamu tetep sal.. " Naomi menghentikan ucapannya saat matanya tak sengaja menangkap sosok seseorang yang kini tengah berdiri di depan pintu yang tak tertutup itu.

"Shani"

Mendengar Naomi menyebut nama istrinya wajah Cio berubah tegang, ia menoleh dengan perlahan sementara Shani kini tengah tersenyum miris, ia melangkah mendekati suaminya yang kini  tengah terpaku dihadapannya.

"Pulang, kita bicarakan ini di rumah"

Cio menelan ludahnya dengan susah payah. Shani memang tak membentaknya tapi suara tegas milik istrinya itu yang selalu membuatnya tak bisa berkutik sedikitpun.

Tanpa berkata lagi Shani langsung melangkah keluar.
Karena terlalu fokus meredam emosi ia sampai tak sadar  jika ada seorang perempuan dihadapannya.

"Eeeeeetss, Mbak jalannya jangan nunduk dong, untung ga nabrak saya"
Shani yang memang ingin segera pulang tak terlalu ambil pusing soal gadis yang kini masih berdiri di hadapannya ini.

"Maaf, permisi"  ucap Shani lalu melangkah meninggalkan perempuan itu yang kini tengah menatap heran kearahnya.

"Cewek aneh" gumam perempuan itu.
"Yang lo sebut cewek aneh itu istri gue"

Perempuan itu menoleh dan mendapati Cio tengah menatap tajam kearahnya.

"Gue ga nanya" timpal perempuan itu dengan tampang tak berdosa.

Cinta TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang