Part 23

21 2 15
                                    

Pernyataan cinta yang indah bagiku hanya ada di dalam drama, atau lebih spesifiknya di dalam drama korea. Karena jika itu benar-benar ada di dunia nyata, aku pasti merinding meskipun hanya menenontonnya dari kejauhan. Akan terasa aneh dan menggelikan, tidak....tidak... membayangkannya saja sudah membuat semua bulu dibelakang leherku berdiri.

Tapi...kali ini sebuah pengecualian. Mendengarnya bicara beberapa detik yang lalu seperti ada bom waktu yang tiba-tiba meledak didekatku. Jantungku tak lagi hanya bergemuruh tapi terlempar ke luar planet mungkin. Aku sampai mati rasa, tak lagi bisa mendengarkan detaknya. Tunggu! Seperti ada sesuatu yang menghempaskan ku lagi ke daratan, dia tidak sedang menghafalkan skenario kan?

Aku berusaha membasahi kerongkonganku sebelum bicara, "Ka..kau sedang latihan akting?"

Joon hae menatapku terkejut sempat terdiam beberapa detik, kemudian mundur hingga tangannya terlepas dari punggungku. tampak tak senang dengan pertanyaanku, "Menurutmu?"

Aku menurunkan headphoneku dengan lagu yang masih berkumandang, dan dengan sigap mengambil yang sebelah dari telinganya. Wajahku sudah seperti terpapar bara api. Panas. dan aku tak bisa berkhayal terlalu lama jika yang baru saja dikatakannya memang nyata.

"Tentu saja sedang latihan, drama baru kan? Atau film baru mungkin? Tapi maaf rasanya aku tak bisa membantu. Aku cukup jadi sutaradara saja ok? Berakting membuatku geli." Kubereskan kabel headphone ku yang masih menggantung dan secepatnya menemukan alas kakiku, ah sial! Rasanya aku malu setengah mati. Cemburu? Yang benar saja! Pada Galih?

Aku hampir saja masuk ke dalam rumah sebelum ucapan Joon hae menghentikan langkahku.

"Aku belum makan!"

Masih heran, aku berbalik. Lalu maksudnya? Aku harus masak? "lalu?" jangan bilang kalau aku benar, kenapa dia tak beli makan diluar sih! Dia pikir aku seharian ini sedang apa? Bergelut dengan kasur dan selimut? Jelas-jelas dia tahu aku banyak mengeluarkan energiku hari ini.

"Temani aku makan." Itu saja yang dikatakannya kemudian dengan tenang dan tanpa ekspresi melewatiku masuk ke dalam rumah.

Aku hampir saja menyemburkan tawa sinis, yah..kenapa juga aku bahkan menganggap kata-katanya sungguhan. Dia hanya ingin membuatku kesal karena tadi siang.

Terhina, tapi aku tetap mengikutinya dan saat melongok ke bagian dapur aku sudah menemukan sebuah bungkusan di atas mejanya. Aku mencebik, kenapa aku harus menemaninya juga? Dia kan bisa makan sendiri. dia bukan bayi lagi.

"Aku menunggu." Joon Hae sudah duduk rapi di meja makan, membuatku kehilangan kata-kata.

"Aku bukan pembantumu, kau tak berniat membuatku jadi salah satunya kan?" aku sungguh malas meladeninya, mengingat kejadian tadi membuatku semakin sebal padanya. Untungnya aku tak sampai tertipu.

"setidaknya itu yang bisa kau lakukan saat kau bisa tinggal disini."

"kau lupa siapa yang memaksaku tinggal?" aku tak mau kalah. Lucu juga rasanya pernah berpikir kalau aku mungkin menyukainya. Jadi benar, semua ini hanya karena tampilannya yang luar biasa tak ada yang lebih.

"dan seharusnya kau berterima kasih karena aku memintamu tinggal."

Aku mengatur nafasku, ini tak akan berakhir. Dalam kemarahanku yang tertahan aku tak lagi melanjutkan perdebatan ini. Aku sungguh lelah sekarang dan rasanya pilihan terbaik adalah mengalah.

Kubuka dengan kasar bungkusan itu dan menemukan beberapa tumisan dan sup yang masih panas. dalam diam aku mengumpulkan wadah yang kuperlukan sebelum memindahkan semua isinya kesana. Semua kulakukan dengan cepat dan gerakan yang penuh dengan keributan. Biar dia bisa melihat kalau aku terpaksa melakukannya.

Emmergency Encountered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang