Part 31

25 1 0
                                    

The third!!!!!

***
"Masuk."

Perintahnya singkat ke arah pintu mobilnya yang sudah terbuka. Tanpa banyak bicara aku mengikuti perintahnya, paling tidak yang paling penting sekarang tak ada mata yang curiga.

Joon Hae mengikuti ku setelah aku tenang di salah satu kursi penumpangnya, menatapku serius setelah pintunya tertutup.

"Pertama, kau ingin tempat tinggalmu sendiri, lalu sekarang kencan buta mu yang itu lagi." Dia mendesah nafas berat, "kau sungguh sedang mengujiku atau bagaimana?"

"Kau tak berpikir aku merencanakannya kan? kalaupun aku ingin melakukannya, aku pasti akan melakukannya diam-diam...." 

"Karina..." Joon Hae memotong ucapanku yang lebih sepeti gumaman, membuatku meringis lagi. dia tak harus seserius itu bukan?

"Joon Hae-shi, kau tahu Hana orang yang paling tak bisa menahan diri kan? dia akan melakukan apapun dengan antusias, itulah kenapa dia tak pernah terlihat sedih. dia hanya berusaha membuatku bersama seseorang yang mungkin membuatku bahagia. Lagipula... dia punya banyak intuisi tentang hilangnya kita diwaktu yang bersamaan saat itu. aku hanya tak bisa menolaknya karena dia terlalu baik dan atau mungkin terlalu berbahaya...." terangku berusaha membuat semua prasangkanya berkurang, ayolah...hidupku sudah cukup sulit dengan apa yang kualami sekarang dan pekerjaanku menuntut hampir semua waktuku. aku tak mungkin masih punya waktu untuk masalah yang lain lagi.

"Kau tahu...harusnya kau yang merasa tertekan karena berhubungan denganku, tapi disini kenapa jadi sebaliknya? Bersama denganmu rasanya lebih berat daripada bersama seorang aktris atau model terkenal." Joon hae masih menatapku serius, tak ada kesan dia sedang melucu di depanku.

Tapi aku memaksa diriku sendiri tertawa, itu benar-benar tak masuk akal.

"Kalau mudah bersamamu, aku tak mungkin sepanik tadi. dan tolong...jangan begitu tampak peduli denganku di depan orang-orang. Kau tak seharusnya peduli apa yang aku lakukan...mereka pikir sesuatu sedang terjadi. dan mereka akan mulai mencari tahu." Kuraih tangannya yang besar yang sedari tadi tenang disamping tubuhnya, tatapku memelas "bisa kan?"

Joon Hae mengacak-acak rambutku gemas, "itu juga harusnya jadi kalimatku."

Aku meringis, "Kalau begitu aku pergi dulu...." tiba-tiba ponselku menyala, sebuah pesan muncul di layarnya. Aku membacanya sekilas dan kembali menatap Joon Hae seolah sedih harus meninggalkannya. "Aku harus pergi."

"Dimana?" Tanyanya, menahan tanganku yang hampir meraih pintu.

Aku mengangkat bahu "aku akan mencarinya di peta,  kurasa mereka tak akan jauh."

"Aku akan mengantarmu..."

"Jangan!" Buru-buru aku melarangnya, "aku tak mau mengambil resiko jika mereka tahu. aku akan naik taksi."

Joon Hae mendesah pasrah, menghentikan dirinya sendiri untuk berdebat. "Baiklah. kutunggu di rumah. kalau kau butuh apapun segera hubungi aku."

Aku mengangguk senang, "Aku pergi dulu ya!" dengan sekali loncatan aku bisa sekaligus keluar dari mobilnya. tapi tepat sebelum pintu tertutup sekilas aku menangkap senyumnya yang tampak terpaksa. 

***

3 jam lebih sudah berlalu, waktu hampir mendekati tengah malam dan tak ada tanda-tanda bahwa Karina akan segera pulang. tak ada pesan sama sekali sejak berjam-jam yang lalu, selain jika dia sudah menemukan tempatnya dengan benar.  pesan terakhirnya bahkan tak dibalas oleh gadis itu. Dia pantas khawatir mengingat siapa yang akan ada disana. Lupakan rasa malu! Dia sekarang sudah tampak seperti remaja ingusan pencemburu yang menyebalkan. Tapi dia sama sekali tak peduli.

Emmergency Encountered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang