Part 40

8 0 0
                                    

"Mereka sudah pergi?" Gumamku penasaran, aku tak tahu jika ketertarikannya pada berita Park Joon Hae sesingkat itu. Memandang halamannya yang kosong dari balik jendela lebar yang menyuguhkan pandangan lapang ke arah pintu masuk. "Ternyata kau tak sepopuler yang kuduga."

Aku berbalik, menatap Park Joon Hae yang masih duduk di sofa dengan senyumnya yang mencurigakan. 

"Aku jadi sedih sekarang, apa kau akan menghidupiku jika aku tak punya pekerjaan lagi?" Ujarnya tanpa ekspresi kesedihan sedikitpun.

"Apa aku melewatkan sesuatu?" tak melayani permainannya, aku menginginkan jawaban yang sebenarnya. masih berdiri disana memastikan setiap sudut jalan dan masih tetap tak menemukan siapapun.

"Aku sudah menyingkirkan mereka begitu aku tiba." ujarnya tenang, merasa sama sekali tak ada masalah dengan fakta yang baru saja dikatakannya.

Aku terbelalak, apa maksudnya itu? memutar tubuhku, menghadap satu-satunya laki-laki di ruangan yang mencoba bertampang polos menatapku. "Lalu kenapa kau bilang mereka masih diluar?"

"Karena kau sudah pasti akan pergi jika aku bilang begitu, aku harus membuat kesempatanku sendiri kalau aku tak mendapatkannya darimu." senyumnya mengatakan jika itu sudah sesuatu yang wajar dilakukan, membuatku semakin merasa kehilangan harga diri. Apakah aku harusnya punya niat lebih kuat saat itu? dan kenapa aku selalu percaya ucapannya?

Aku memandangnya seraya melipat tanganku, antara ingin marah dan memahaminya. Karena memang akulah yang memilih menyerah pada ketakutanku. dan dia dengan semua logikanya yang masuk akal.

"Jadi kau sudah tahu, harusnya kau tak perlu repot banyak bicara." Baiklah, aku tak bisa begitu saja menyingkirkan kekesalan konyol di otakku. Bagaimanapun juga aku harus melampiaskannya meskipun akhirnya tetap akan merugikanku.

Dia menatapku, sedikit tampak sedih dibalik senyum sebelumnya. menatapku sedikit lama, hingga dia menegakkan tubuhnya dan berjalan perlahan ke arahku. 

Aku mendengus sebal, apakah ini yang akan selalu dilakukannya untuk menghentikan sifatku yang ini, "Baiklah, apalagi yang akan kau lakukan. mengatakan kalimat manis yang lain? menciumku lagi? apa lagi?" aku terang-terangan menantangnya, meskipun pertahanan ku hanya setipis kulit pangsit yang akan berhamburan kemana-mana dalam sekali gigit. aku sedang memainkan permainan yang tak akan mungkin kumenangkan.

Pandangannya menggelap dan langkahnya semakin mendesak, menghimpitku diantara jendela kaca yang lebar dan tubuhnya. memposisikan kedua tangannya di masing-masing sisi kepalaku, dia hanya membuat kulit pangsit itu menguap meskipun kenyataannya adonan tepung tak bisa begitu saja berubah menjadi senyawa seperti es batu.

Aku menelan ludah, nyaliku menciut dengan wajah tampan yang hanya tinggal berjarak beberapa senti lagi dariku. 

"Aku lah yang pertama kali menyatakan perasaan, dan kau kabur begitu mendengarnya. Aku yang pertama kali cemburu tapi kau bahkan tak merasa bersalah dan balik memarahiku. Aku yang pertama kali memintamu tinggal, tapi kau bahkan berusaha pergi tanpa pamit. Aku....yang susah payah mengejarmu, membuat ribuan alasan, menjagamu tetap dalam radarku dan kau bilang aku sudah pasti bisa memilikimu? apakah semua yang sudah kulakukan terdengar mudah bagimu?" Kalimatnya menusukku seperti anak panah yang menghujami ku tanpa jeda, membuatku tak sempat beralasan atau berdebat dan saat logika ku bekerja, semua yang dikatakannya hampir benar dan rasanya aku jadi seperti perempuan tak tahu malu yang sok jual mahal dengan laki-laki setempan dia. Benarkah? aku sebenarnya hanya sedang melindungi diriku dari sakit hati, selama ini keenggananku percaya hanya karena aku merasa tak cukup pantas untuknya.

"Itu....seperti begitu melelahkan." Aku meringis, tak tahu apakah memang sudah seharusnya aku merasa bersalah.

Dia menggeleng, dengan senyum misteriusnya yang menakutkan. " Itu bukan apa-apa, biar kuingat-ingat....yang baru saja kulakukan hanya tak bisa tidur selama seminggu, mendapat serangan jantung dengan panggilan kejutanmu, dan berkendara kemari berjam-jam dengan kecepatan penuh setelah aku menyelesaikan pengambilan gambar hampir 16 jam. itu sama sekali bukan masalah besar untukku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Emmergency Encountered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang