Part 33

14 0 3
                                    

well...nyelesein sebuah cerita itu nggak pernah mudah ditambah lagi kerjaan dan ngurus anak jadi kelihatannya semakin susah. akhirnya karena kelamaan nggak menyentuh work ini bikin aku stuck sama jalan ceritanya. hehe but buat yang masih nungguin saya ucapkan berjuta-juta terima kasih. You are my strength to write this story. love u...muach

***

Sudah lewat tengah malam dan aku hanya bisa terpekur di kursi taman kecil di dekat apartemen Jung Hana. dia sudah melarangku pulang, harusnya aku juga berkeras untuk tetap tinggal mengingat aku tak punya tempat untuk pulang. aku bahkan belum menemukan flat baru karena terlalu sibuk.

tapi sesuatu dalam ucapan Hana menyadarkan ku betapa kerdil pemikiranku selama ini. harusnya aku malu jika berani mengatakan aku juga benar-benar menyukainya, lagipula apa yang sudah kulakukan untuknya sementara aku selalu memaksanya untuk menyembunyikan kenyataan hubungan pura-pura ini. aku yang selalu keras kepala berusaha mengenyahkan kecurigaan setiap orang, bahkan menatapnya di tengah keramaian saja aku tak berani. sungguh itu terdengar semakin absurd dan menggelikan. 

detak jantungku bergemuruh, debaran itu nyata bahkan saat aku tak bersamanya. lalu...apakah sanggup aku meninggalkannya begitu saja? mengabaikan perasaanku seperti tak ada yang pernah terjadi antara aku dan Park Joon Hae.

Kuputar telepon genggamku, menyimpan semua keraguanku begitu layarnya menyala dan membuatku membaca nama yang kuhindari beberapa jam yang lalu. entahlah ini sudah dering yang keberapa darinya, dan kurasa aku harus menjawab yang ini.

"Halo..." jawabku hampir tak bersuara, beban itu masih ada. 

"Kau dimana?" nadanya terburu-buru dan penuh penekanan.

"Diluar" Jawabku singkat.

"Apa maksudmu diluar? kau tahu sekarang jam berapa? kau mau cari mati?" aku bisa mendengar umpatan nya dari seberang sebelum dia melanjutkan, "Katakan dimana tepatnya kau sekarang atau aku akan menggunakan polisi untuk mencarimu."

Dia seharusnya tak sepanik ini, mendengar bagaimana dia hampir berteriak padaku membuatku mudah percaya bahwa dia memang mengkhawatirkanku. Oh sudahlah Karina! kau akan menyelesaikan perasaanmu bukan mengurusi perasaannya padamu.

"Aku di dekat rumah Hana."

"Dan dimana itu? kau bukannya sedang berpikir aku menikahinya alih-alih dirimu sehingga aku sering berkunjung kerumahnya bukan?"

Sarkasme, dia sungguh mudah mebuat orang lebih sakit hati bahkan saat dialah yang sedang membuat kesalahan.

"Aku akan mengirim lokasiku." jawabku cepat dan segera memutus sambungan teleponnya, aku tak mau berubah pikiran jika telalu lama mengikuti kemarahannya.

***

Dia benci lampu merah, seumur hidupnya dia tak pernah merasa bahwa lampu merah hanya merugikan pengendara sepertinya. dan sialnya dia terjebak beberapa kali meski jalanan cukup sepi. 

Jam terus berdetak, dan ini hampir mendekati pagi. apakah Karina tak bisa berpikir jernih? setelah apa yang diketahuinya tentang orang yang mengincarnya dan kesalah pahaman bahwi dia menganggap dirinya hanya sebagai alat penyelamat hidupnya setidaknya Karina cukup pintar untu tak berkeliaran di jam-jam berbahaya seperti ini.

20 menit kemudian, Joon Hae akhirnya berhasil memarkir mobilnya dengan selamat di parkir terdekat alamat yang dikirimkan Karina padanya. Jantungnya masih berdebar tanpa bisa dikendalikannya. ditengah kesepian suara derap langkahnya yang rapat seakan memenuhi gendang telinganya, dia tahu sekarang apa yang harus dilakukannya untuk masalahnya sendiri tapi dia sudah berjanji bahwa bagaimanapun juga akhir nya dia harus tetap bisa membuat Karina disisinya. Bagaimanapun caranya.

Emmergency Encountered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang