Part 8

9 2 1
                                    

"mau jadi pacarku?"

Kata-kata itu terus berputar-putar di otakku, oh baiklah...Dia tak mungkin serius. Kenapa dia bahkan mau pacaran denganku? Dia...Park Joon Hae...Sang aktor tampan hallyu Korea yang punya jutaan penggemar, bermain dengan banyak aktris yang cantik dan mengagumkan, kenapa dia harus menginginkanku? Aku tertawa lagi dan menggelengkan kepalaku keras-keras, itu mustahil!

Tapi kenapa itu menggangguku?? Ah! Aku tak mau tahu lagi. Kalau aku sampai terpengaruh dia akan semakin leluasa menyiksaku.

Aku melonjak hampir terjengkang ke depan, sebuah ketukan di pintu menyadarkanku. Membuatku malu dengan apa yang baru saja kupikirkan.

"Ya..." Kataku berusaha menyembunyikan kegugupanku.

"Kita sudah ditunggu." Jawabnya, membuatku semakin panik.

Kurapikan celana jeansku dan blouse sifon putihku yang sama sekali tak kusut, Joon Hae memintaku memakainya, dia beralasan bajuku sudah tak mungkin lagi di pakai karena terlalu banyak darah yang menempel. Aku sih tak keberatan, aku menerimanya dengan cukup bersyukur. Aku harus mengubur harga diriku terlebih dahulu, karena memakai baju seperti kemarin atau telanjang sama sekali bukan pilihan yang bagus. Aku harus lebih masuk akal. Tapi harus kuakui, park Joon Hae pasti semacam laki-laki yang berpengalaman dengan banyak wanita, dia pintar memutuskan ukuran bajuku bahkan tanpa perlu repot-repot aku memberitahunya. dan aku serius saat dia mengatakan masalah 'pacaran' itu? aku pasti baru saja terbentur sesuatu.

Sekali menarik nafas dan kuberanikan diriku membuka pintu kamar, tapi mendadak langkahku terhenti. mataku membulat melihat tak hanya Park Joon Hae yang ada di ruangan saat ini. 10 orang...aku tak tahu jumlah pastinya, yang jelas banyak. mereka semua mengarahkan pandangan padaku dengan wajah seragam yang terasa begitu dingin dan kaku.

"Kau sudah siap?" Tanyanya tanpa merasa terkejut dengan reaksiku.

Aku yang masih bingung hanya mengangguk tapi tak bisa melepaskan pandanganku pada gerombolan laki-laki berbaju hitam yang telah memenuhi ruangan. Aku yang tak juga bergerak, rupanya membuat Park Joon Hae tak sabar. Dia menghela nafasnya dan berjalan ke arahku.

"Mereka pengawal pribadiku..." Jelasnya seraya memakaikan topi yang entah kapan dia bawa ke kepalaku, membuatku tersadar. "Kita hanya butuh lebih banyak karena situasi ini, itu saja...Ikat rambutmu, kita tak mau identitasmu terlalu jelas di kamera wartawan. Meski percuma.
..Tapi hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang."

"Kita akan kemana?" Tanyaku, tak lagi menyela atau memprotesnya. Aku sama sekali tak pernah membayangkan ada di situasi semacam ini, jadi aku mencoba berpikir cerdas dengan membiarkan ahlinya bekerja.

"Kita bertemu direktur dan temanmu yang sutradara itu. Mereka yang pertama kali harus tahu permasalahannya." Dia menjawab tenang. Meraih tanganku, menggenggamnya santai seakan itulah yang biasa aku dan dia lakukan sehari-hari, sial!!! Dia benar-benar pemain handal, sama sekali tak gugup atau berkeringat. Well, kuharap jantungku baik-baik saja. Aku memang membencinya, tapi siapa yang tak akan gemetaran jika seorang aktor tampan Korea menyentuhmu. Logika pun akan terasa seperti hal yang paling tak masuk akal.

"Galih..." Kataku mengoreksinya, mengurangi debaran jantungku yang membabi buta.

"Aku bukannya tak tahu namanya..."dia tersenyum, masih menggandeng tanganku dan rasanya semakin erat, "jangan jauh-jauh dariku, menempellah seperti permen karet. Dengan begitu...Kita berdua aman."

Aku mengangguk, dan muncullah kecemasan lain yang menggangguku. Oh tidak!! Daripada rasa gugup tak penting ini, aku mestinya berpikir dengan apa yang akan terjadi diluar sana.

Para pengawal berbaju hitam itu lebih dulu membuka pintu keluar, berderet rapi membentuk formasi yang menempatkan ku dan Joon Hae di tengah-tengah mereka. Aku spontan menurunkan bagian depan topiku, untuk pertama kalinya aku berharap bahwa tubuhku transparan jadi aku tak perlu repot-repot menyembunyikan wajahku begini. Hah! Kejadian ini membuatku semakin gila. Ternyata diserbu wartawan sama sekali bukan hal yang membanggakan atau bahkan membahagiakan. Beribu macam adegan sudah berkecamuk di otakku, apakah mereka akan menjatuhkan ku? Menghakimiku? Membuat hinaan atau sebutan baru yang menyakitkan untukku? Aku tak tahu....Apa mungkin mereka akan memberi selamat? Hah! Itu mustahil, selamat untuk apa? Berhasil membuat skandal dengan aktor?

Emmergency Encountered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang