[9] Old

2.3K 242 63
                                    

(sudah direvisi—🌷)

Yoongi sibuk lagi menyiapkan rentetan show akhir tahun. Salah satunya malam penghargaan yang diselenggarakan di 3 negara. Dia akan tampil di Hongkong kali ini. Kebetulan, ibuku yang masih di Hongkong mengirim foto selca mereka berdua ketika bertemu di sela-sela jam padat Agust D. Ibu bilang hanya sempat makan siang bersama itupun sangat singkat waktunya.

Aku dan Jimin yang kebosanan di rumah, akhirnya memutuskan untuk pergi belanja barang-barang keperluan Natal. Sebelumnya Jimin mengajak Taehyung, tetapi bocah itu sedang ada acara dengan keluarganya juga.

Jimin memesan taksi yang akan membawa kami ke pusat perbelanjaan besar di tengah kota. Ahh, aku rindu berbelanja seperti ini bersama Yoongi, tetapi dia tidak sebebas dulu lagi. Daripada menghitung liburnya yang sudah jelas sedikit, dia juga tidak nyaman berada di keramaian karena bakalan terlalu mencolok untuk outfit penyamarannya sendiri.

"Bagaimana kuliahmu?" Jimin kemudian mengajakku bicara.

"Lagi lihat-lihat perusahaan untuk magang semester depan," jawabku. "...atau memutuskan mengambil program lain seperti Taehyung untuk menambah pengalaman."

"Selanjutnya kau bakalan jadi pegawai sipil juga sepertiku?"

Aku tertawa mendengar Jimin tertawa. "Aku tidak mau sibuk bekerja di balik meja. Sejujurnya aku ingin punya restoran sendiri suatu hari. Membuka beberapa cabang begitu, di Seoul, Busan, Daegu," kataku lagi, sedang membayangkan menjadi pemilik restoran.

"Dengan kemampuan memasakmu yang begitu?"

Kupukul Jimin beberapa kali karena sudah mengejek barusan.  "Aku memang tidak bisa memasak,"--tapi Yoongi, kan, bisa. "Pokoknya aku bertanggung jawab dengan manajerial restoran. Memasak tinggal menyuruh ibu menuliskan resep andalannya kemudian menyerahkan prosesnya kepada juru masak yang kupilih."

"Iyaa iya, aku percaya kau pasti bisa punya restoranmu sendiri suatu hari," katanya tersenyum lebar. Tanpa menatapku dia berkata, "kalau kau punya mimpi kerjalah. Entah nantinya tercapai atau tidak, setidaknya berusahalah dulu dengan keras."

Aku mengangguk percaya diri.

Ketika di antara kami kembali tenang, aku jadi ingin memanfaatkan kesempatan ini. Selanjutnya kuarahkan kamera ponselku ke arahnya dan segera memotretnya sebelum ia menolak. "Ah, ibu ingin melihatmu dari kemarin, rindu katanya."

"Jangan lakukan itu," katanya malu, tapi sudah kulakukan. Aku tertawa lalu menyimpan ponselku ke dalam tas lagi. Pelan-pelan mendekat ke arahnya dan bersandar di bahunya.


"Boleh kutanya sesuatu?"

Park Jimin mengernyit. "Tentang apa—"

"Kau sudah punya pacar?"

Lalu entah kenapa dia malah tertawa. Tawanya seperti saat dia ketahuan minum alkohol pertama kali oleh ibu. Mengaku tidak melakukannya, padahal jelas jelas ada gelas bekas soju.

"Yeochin eopseo—"

"Ahh, kau punya ya?" sahutku tertawa.

"Tidak tuh," katanya.

Aku sambil menggoda wajahnya yang mulai memerah. "Katakan saja siapa dia, Park Jimin-ssi! yeppeo? Geu yeoja-neun?"

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang