[15] One Night

2.6K 240 62
                                    

Park Sehwa terbangun di siang hari, semalam ia kembali begadang mengerjakan tugas setelah pulang dari cafe ditemani Jimin yang sebenarnya hanya tertidur di kasurnya. Ia tak harus repot mengerjakannya saat malam dan saat melelahkan kalau saja tugas itu bukan di deadline-kan malam tadi pukul 12. Alhasil, ia terbangun di siang bolong seperti ini.

Oh tidak, ini siang yang dingin.

Sehwa melirik alarmnya. Alarm yang di setelnya pukul 5 sudah tak berfungsi rasanya. Karena ia menemukan jarum pendek jamnya berada di antara angka 9 dan 10, lebih parahnya, jarum panjangnya berada di angka 11.

"Dinginnya."

Sehwa bangkit, duduk di atas kasurnya beberapa saat untuk memulihkan nyawanya, menenggak segelas air di atas meja sebelah ranjangnya, setelah itu merenggangkan tubuhnya.

Seketika pintunya terbuka. Ia terkejut lalu menarik tangannya turun.

"Park Sehwa, kenapa kau baru bangun jam segini?" Jimin menggelengkan kepala.

Sehwa mendengus, pria itu berkata seenaknya tanpa memikirkan dirinya yang berjuang semalaman. Jimin berjanji menemaninya dan akan membantunya, tapi setelah 5 menit berdiskusi dengan Sehwa, pria itu beralasan kalau punggungnya pegal dan pindah ke atas kasur Sehwa, satu menit setelahnya gadis itu mendengar dengkuran halus dari orang yang-sial, harus ia anggap sebagai kakaknya.

"Keluar sana," gumamnya, mengambil karet lalu mengikat rambutnya.

"Bangunlah cepat!"

Sehwa menatap pria itu dengan mata sayu, lalu menarik nafas. "Aku sudah bangun, bodoh."

"Apa?!" Jimin menaikkan suaranya. Sehwa menutup kepalanya dengan selimut, bersembunyi di dalam sana karena takut Jimin menyakitinya lagi. "Aku akan pergi dengan Taehyung, mungkin sampai malam, mungkin juga menginap di rumahnya."

Sehwa menaikkan alisnya di dalam selimut.

"Aku ingin mengajakmu, tapi Taehyung bilang kita akan bersama dengan banyak pria. Jadi lebih baik aku tak mengajakmu, kan?"

Sehwa menarik selimutnya turun. "Benarkah? Tapi kenapa?! Ini kan malam pergantian tahun, kenapa kau pergi? Biasanya kau di rumah bersamaku menyalakan kembang api, Jimin-ssi," bahunya turun, menatap pria itu dengan sedih.

Jimin menghela nafas. "Taehyung mengajakku keluar, katanya ini malam pergantian tahun pertamanya di Korea setelah 2 tahun tidak merayakannya disini." Park Sehwa mendengus.

Jimin menaikkan alisnya. "Kau tau ibu dan ayah juga pergi, kan?"

Matanya melebar. "Kenapa kalian pergi semua?!"

Jimin terkekeh, berjalan masuk ke kamar gadis itu lalu duduk di atas kasur, menatap Sehwa. "Bagaimana kalau besok kita pergi bersama?"

"Bersama?" tanyanya.

"Ayah, ibu, aku, dan kau."

Sehwa mempertimbangkan, meremas selimutnya sambil membalas tatapan Jimin. "Tapi malam ini aku tetap sendiri?"

Jimin tersenyum. "Kau bisa ajak Jung Bona menginap atau temanmu siapapun," balas Jimin.

"Siapapun? Pria?"

Jimin mendengus. "Aishh, pria yang mana? Katakan padaku kalau kau disini bersama seorang pria. Aku akan pulang detik itu juga, awas kau berani melakukannya."

Sehwa tertawa mendorong bahu Jimin. "Tenang saja, tak ada pria yang akan datang, seribu tahun sekalipun," kataku sinis, sembari terbayang apa yang kulihat semalam.

"Bukan begitu, kau juga harus berkencan, kau tau? Maksudku hanya bukan untuk sekarang." Jimin bangkit, mengacak rambut gadis itu. "Sudahlah, kau boleh tidur sepuasmu. Ibu sudah membuatkan sarapan, panaskan kalau kau ingin makan."

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang