[12] Happiest

2.3K 233 87
                                    

(sudah direvisi-🌷)

"Selamat natal semuanya!" Min Geumjae berseru gembira. Di tangannya banyak membawa bungkusan kado setelah semuanya berkumpul di ruang tengah. Dia membagikan satu persatu kotak kepada ibu, ayah, Yoongi, dan menyisakan satu untuk dirinya sendiri. "Akhirnya kita bisa membuka kado lagi."

"Kau menyiapkannya sendiri?" tanya ibunya, sambil menimang-nimang kotak tersebut menebak isinya.

"Tentu saja. Aku langsung menyiapkan ini semua ketika Yoongi mengabari akan pulang. Jadi sekarang kita bisa membuka kado lagi setiap natal, ya, kan?"

"Ah, aku tak bisa mengatakan apapun," gumamnya, melihat bungkusan yang diterimanya. Kembali menahan air mata. "Aku benar-benar ingin minta maaf karena melakukan itu--"

"Eiyy, sudahlah, semuanya sudah lewat. Kau sudah disini, Yoon," sela hyungnya, menepuk bahu Yoongi sembari tersenyum lebar.

Nyonya Min juga tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia benar-benar merindukan sang anak yang baru saja kembali pulang. Perlahan, secara diam-diam nyonya Min mengeluarkan air matanya. Jatuh begitu saja tanpa bisa lagi menahannya ketika ia menatap punggung Yoongi dan memandang wajah itu diam-diam sebelumnya.

"Astaga ibu, mulai lagi..." sahut Geumjae yang menyadari pertama kali ibunya sudah deras mengeluarkan air mata. "Salahku. Harusnya aku tidak membicarakan ini." Mendengar ucapan Geumjae, nyonya Min tertawa meskipun masih tak bisa menahan air matanya yang turun.

"Ibu salah, ibu minta maaf karena sudah membiarkanmu pergi sejauh itu sendirian," katanya, menangis lagi.

Yoongi segera mendekati ibunya. "Tidak ada yang benar atau salah. Aku pergi dan ibu membiarkanku pergi. Yang benar adalah dua orang yang saling menyakiti diri sendiri. Aku juga minta maaf."

Meskipun Yoongi bisa mengucapkan kata-kata itu, perasaannya di dalam sana berbanding terbalik. Rasanya ketika kau mulai melupakannya atau bahkan sudah berhasil melupakan masa-masa gelap saat kau kesepian, saat kau terjatuh ke dalam lubang yang dalam yang membuatmu depresi, ingatan itu ternyata bisa muncul lagi ke permukaan, dengan luka yang lebih lebar.

"Aku tak percaya saat Geumjae menunjukkan padaku seseorang yang sangat kukenal ada di televisi. Tidak, aku tidak percaya. Aku tidak percaya pernah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak seorang ibu lakukan kepada anaknya. Bagaimana agar kau bisa memaafkan ibu adalah sesuatu yang selalu ibu pikirkan."

Ibunya akan terus menyalahkan diri kalau Yoongi tak segera menghentikannya. Geumjae dan ayahnya juga hanya bisa di sampingnya menenangkan. Min Yoongi menghela nafasnya dan tersenyum masam. Harus kembali mengingat dan masuk dalam kenangan.

"Masa-masa menyulitkan itu sudah lewat, Bu. Bantu aku melupakannya, karena jujur, itu adalah masa terberat dalam hidupku. Aku berusaha mencari jalan keluar tetapi selalu menemukan keputusasaan." Min Yoongi tersenyum, kemudian merasakan pipinya basah. "Anggap masa-masa itu adalah sebuah lubang yang sangat dalam dan sekarang aku sudah berhasil keluar."

Nyonya Min menarik Yoongi ke dalam pelukannya.

"Sekarang aku hanya ingin ibu mengizinkanku kembali membawaku ke pelukanmu-tidak, aku tidak minta kau menjagaku. Tapi izinkan aku untuk mulai menjagamu."

Yoongi mengelus punggung ibunya. Merenggangkan pelukan, lalu menatap ke dalam matanya. "Aku percaya ibu selama ini mendukungku. Bagaimana aku bisa berhasil kalau ibu tak memberikan restu? Aku percaya ibu melakukannya."

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang