40. Flashback

1.6K 178 8
                                    

5 tahun yang lalu, 2013

Suatu pagi kau menghilang dan menghancurkan duniaku. Karenanya aku bertekad tidak akan jauh darimu.

Pagi ini entah kenapa senyum tak hilang dari bibirku. Mereka tertarik ke atas sampai hampir membuat pipiku pegal sendiri. Entah kenapa juga aku memakai riasan wajah hari ini. Mungkin aku terlalu malu untuk menebak apa yang menjadi alasanku tersenyum, alasanku memakai lebih dari sekedar pelembab wajah. Aku tidak bisa mengungkapkannya secara langsung, walaupun hatiku terus meneriakkan satu nama yang sama sejak kemarin sore, membuatku tidurku terusik semalaman.

Aku keluar dengan satu barang bawaan dari ibu. Sate domba kesukaannya. Kata ibu untuk ucapan terimakasih karena sudah mengajariku bermain piano untuk praktek ujian akhir di sekolah.

Aku menyusuri sepanjang jalan. Memerah sendiri ketika mengingat bagaimana pertemuan kami pertama kali sampai saat ini. Tidak disangka. Butuh beberapa meter untuk kembali berdiri di atas jembatan yang biasa mempertemukan kami. Aku tidak mengatakan kalau akan datang, surprise, bisa dibilang.

Meskipun terkadang dia sangat menyebalkan saat mengajar, namun sebenarnya dia sangat menyenangkan. Dia hanya tidak bisa menyampaikan perasaannya. Dia bilang dia pergi ke Seoul sendirian, menjauh dari orang tuanya yang tidak mendukungnya dalam musik. Didikannya mungkin terlalu keras. Aku tau saat bagaimana dia mengomentari permainan pianoku yang terus saja begitu. Dia tidak bilang permainanku buruk, tapi dia bilang aku kurang berlatih, membuat suaranya terdengar buruk.

Terserah dia saja. Toh aku tidak akan bermain piano lagi karena merasa trauma setelah paksaan bermain piano ini dan bagaimana menegangkan situasi saat aku melakukan penilaian di depan teman-temanku.

Aku menunggu disana selama beberapa menit. Biasanya dia datang 10 menit yang lalu. Tapi saat aku menunggu 30 menit kemudian, dia belum saja datang.

Tidak bercanda, aku cemas.

Lalu setelah itu kuberanikan untuk pergi darisana. Aku berjalan menuju agensinya yang tak jauh karena aku biasa berjalan ribuan mil. Aku sampai disana terengah-engah, karena di perjalanan beberapa kali aku berlari untuk sampai lebih awal. Sate domba yang kubawa juga sepertinya tidak lagi hangat.

Namun secara tiba-tiba aku berhenti. Memijat keningku untuk beberapa saat karena merasa ada yang salah. Aku harus mundur untuk melihat gedung yang kudatangi ini benar-benar gedung agensinya. Benar. Tidak ada yang salah. S-town masih disana. Tertera begitu besar menandakan adanya sebuah agensi dari artis-artis disini.

Tapi kalau mataku tidak bermasalah, aku membaca surat peringatan yang ditempel dari pihak kepolisian, katanya gedung ini 'disita'.

Aku benar-benar tidak tahu. Aku tidak melihat berita pagi ini karena begitu senangnya ingin menemui Min Yoongi untuk mengatakan terimakasih.

Aku tidak tahu harus bagaimana. Min Yoongi tidak ada. Aku kehilangan dirinya.

Aku kembali ke rumah dengan dada berdegup kencang. Perasaanku bercampur. Memikirkan dimana dia sekarang. Bagaimana keadaannya karena berada dalam kondisi seperti ini. Apa dia sudah mengantisipasi semuanya dari jauh-jauh hari? Apa dia baik-baik saja di suatu tempat? Wajahku pias. Ibuku panik saat melihatku datang seperti orang linglung.

Ibu mengatakan kalau pagi tadi ada berita yang meliput tentang masalah itu. Dimana sebuah agensi di tutup karena memanfaatkan para trainee nya untuk meraup keuntungan bagi mereka. Katanya tujuan agensi itu tidak untuk mendebutkan para trainee-nya, melainkan menyuruh mereka berlatih untuk dipertontonkan di depan umum dengan judul 'latihan' selama beberapa tahun, lalu agensi akan dibayar, tidak untuk para trainee.

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang