[11] Unhappy

2.2K 240 23
                                    

(sudah direvisi—🌷)

Yoongi menyeret kopernya turun dari bagasi taksi sesampainya ia di depan rumah mungil salah satu distrik di kota Daegu. Pria itu menarik nafasnya gugup ketika tangannya terjulur kemudian menekan bel rumah. Selama perjalanan tadi dirinya sudah memikirkan bagaimana reaksi ketika bertemu ibunya. Namun, ketika pintu gerbang rumahnya itu terbuka, Yoongi tetap tidak siap saja, tangannya bergetar, tetapi ternyata itu hanya Min Geumjae. Kakaknya.

"Min Yoongi—" belum selesai menyapa, pria itu sudah menutup mulutnya dengan tangan, benar-benar tak percaya kalau seseorang di hadapannya adalah adik yang selama ini sudah lama tidak berjumpa. "Kau—" lalu Min Geumjae segera memeluknya. "Bagaimana kabarmu?"

Yoongi membalas pelukan itu, tertawa kecil. "Aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu, hyung?"

"Baru kemarin hyung menontonmu di televisi sekarang kau sudah ada dihadapanku. Ini nyata, kan? Hei, aku sangat merindukanmu," serunya, masih memeluk adiknya itu erat sekali. "Kau juga menang piala."

Yoongi tertawa, memegang kepalanya yang memakai beanie hat biru. Geumjae membukakan pintu dan menyuruh adiknya untuk masuk ke dalam. "Kau seperti tidak melihatku beberapa tahun saja. Bulan kemarin kita bertemu."

Geumjae tertawa kencang. "Biasanya, kan, aku yang menemuimu. Sekarang kau kembali ke rumah, seperti berbeda saja. Eh, padahal tadi aku mau menjemputmu di stasiun, kenapa harus naik taksi?"

"Menyiapkan diri."

Geumjae meng-iya-kan saja. Dia pergi ke dapur untuk membuat minuman. Membiarkan Yoongi bernostalgia di ruang tamu melihat foto-foto lamanya yang masih terpajang. Manatahu adiknya menjadi emosional, Geumjae tidak akan menggodanya.

"Ayah dan ibu tadi ke pasar kalau kau bertanya-tanya," seru Geumjae dari dalam. Yoongi berdeham, kembali jadi gugup. "Mereka tidak kuberitahu, sesuai permintaanmu."

Yoongi mengambil segelas es teh yang barusan dihidangkan. "Aku gugup sekali. Haruskah aku kembali sebelum mereka pulang? Mereka tidak akan tahu."

"Jangan, dong. Jarang-jarang, kan, seorang idol terkenal ada di rumah ini," kikik Geumjae. "Aneh sekali baru melihatmu di TV kemudian sekarang di depan mataku."

"Kau sudah menyebutkannya tadi," Yoongi terkekeh menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang berbeda, aku hanya adikmu."

Geumjae menepuk pundaknya. "Tetap saja Agust D itu hebat sekali. Tetapi baiklah, karena kau masih adikku, tidurlah di kamarmu sana, kau pasti lelah setelah duduk berjam-jam di kereta."

Yoongi mengangguk mengacungkan jempolnya. Geumjae pergi darisana membiarkan Yoongi menikmati waktunya lagi. Yoongi bangkit. Memangdang figura yang dipajang di atas meja satu persatu, tersenyum kecil melihatnya. Kemudian satu-satunya yang ingin dia lakukan sekarang adalah menghubungi Park Sehwa.

"Halo?" sapanya ketika pada dering ketiga teleponnya tersambung. "Aku baru sampai." Pria itu lantas tersenyum lebar mendengar pekikan dari ujung sana.

"Benarkah? Sampai Daegu, kan, bukan dorm di Seoul?"

"Tadinya ingin begitu."

"Jangan macam-macam!"

Min Yoongi tertawa mendengar bagaimana gadis itu terdengar kesal di ujung sana. Membuatnya tiba-tiba ingin bertemu. Sedikit menyesal juga karena tidak membawanya kemari. Ia mulai mengambil satu foto lewat ponselnya, mengamatinya, sambil mendengar cerita Park Sehwa tentang kegiatannya menghias pohon natal pagi tadi bersama Park Jimin.

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang