[16] Second

2.3K 234 3
                                    

Min Yoongi segera menarik tanganku masuk ke dalam salah satu restoran karena dinginnya suhu di luar sana. Ia bahkan memberikan banyak persediaan hotpacknya sebelum keluar dari mobil.

Hangang river menjadi tujuanku merayakan malam tahun baru meskipun Yoongi sebelumnya menolak karena cuaca yang membuatnya ingin malas-malasan di rumah. Syukurlah salju tidak turun, jadi aku bisa menyeretnya keluar dari zona nyaman bergelung di dalam selimut.

Aku melakukannya untuk mengganti perayaan natal yang biasanya kami habiskan waktunya bersama.

Masuk ke dalam restoran kecil, selanjutnya mencari tempat duduk di pojok agar Yoongi bisa melepas maskernya tanpa takut dikenali orang-orang.

"Chi-maek?" kataku, bersemangat. Membayangkan makan ayam ditambah bir di tengah cuaca seperti ini membuat air liurku menetes.

"Tidak," balasnya, menghentikan imajinasiku begitu saja dengan kejam.

"Min Yoongi ini kan malam tahun baru!" seruku merajuk. Pria itu tentu saja tidak membolehkanku minum alkohol barang sedikitpun di depan matanya. Seolah adalah kesalahan kalau seorang gadis sepertiku minum-minum.

"Kau tidak bisa minum, aku tak akan membiarkanmu mabuk," katanya, melarang mentah-mentah keinginanku.

"Tapi aku ingin sekali-sekali saja—"

"Lihat, ada makgeolli," sela pria itu sembari menunjuk salah satu minuman alkohol tradisional dalam buku menu. "Kau hanya kuizinkan minum makgeolli kalau ingin alkohol, atau lebih baik pesan soda, rasanya tidak jauh beda—"

"Imo, pesan ayam pedas dan cola satu!" seruku lalu membuang wajah ketika mendengarnya tertawa. Selanjutnya ia memesan donkatsu dan soju begitu saja seolah membanggakan diri bisa minum sepuasnya di depanku.

"Aku suka sekali melihatmu marah-marah lagi," katanya. Menyangga kepalanya dengan tangan sembari menatapku. Aku memutar bola mata tanpa ingin membalas tatapannya. "Tipe wanitaku sekali."

Geli sekali mendengarnya. Ingin kutendang pria ini keluar dari kedai. Aku sangat menyesal sudah membawanya kesini, lebih baik di rumah sendirian, duduk di balkon melihat kembang api sambil minum soju milik ayah.

"Aku ingin sekali suatu waktu menunjukkan padamu kalau aku sedang mabuk sekali dan kau tidak bisa berkata apa-apa," gumamku sepenuh hati, sementara Min Yoongi tertawa.

"Kau tidak bertanya bagaimana ceritaku di Daegu kemarin?"

Aku menggeleng. "Kau akan menceritakannya sendiri kalau kau ingin cerita," kataku. "Aku tak ingin melewati batas."

"Batas apanya—"

Pesanan datang tepat waktu. Seperti menyelamatkan atmosfir yang mulai memanas di antara kami. Setengah hati aku melihat cola dan ayam yang saat ini tersaji di hadapanku sementara pria itu mendapat sebotol soju untuk dinikmati.

"Makanlah," katanya. Aku mendengus, dalam hati berkata aku juga akan memakannya tanpa disuruh. "Aku tau kau hanya menelan ramyeon seharian. Apa tidak sakit perutmu?"

"Aku jadi ingin ramyeon," ucapku.

Pria itu kembali tertawa, seolah hari ini adalah hari paling bahagianya. Padahal jelas sekali aku masih terbawa suasana sore tadi, malas membalas candaannya atau bahkan tertawa bersama.

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang