[20] Flashback

1.8K 189 10
                                    

Kita akan bertemu selamanya
-2013

"Aku pergi, Bu," seruku seraya menatap wanita paruh baya yang sedang memanggang sesuatu di oven. Ia terlihat sangat kacau disana. Bagaimana tidak? Setelah mencuci pakaian, ia harus pergi ke supermarket untuk membeli stok bahan makanan selama 3 hari, lalu pergi ke bank untuk membayar cicilan sesuatu, mengantar ayah ke bandara, mendatangi rapat di kelas Jiminie, dan sekarang ia membuat kue dengan sisa tenaganya.

Aku bukan bermaksud tidak ingin membantu semua pekerjaannya, hanya saja aku sedang tidak ingin melakukannya. Dia hanya melakukan sesuatu secara bersamaan dan sangat berlebihan ketika tidak sedang bersama ayah untuk menemani tugasnya yang sering keluar kota. Dia senang berada di rumah.

"Iya, pergilah. Hati-hati. Ibu sudah bertanya pada ssaem kalau hari ini ada latihan. Jangan pulang terlalu larut, jangan pula pergi lewat jembatan penyebrangan lama," katanya, menghampiriku.

Ku naikkan alis meminta penjelasan dimana ibu tak membolehkanku melewati jembatan penyebrangan yang biasa kulewati. Jangan bilang ada orang yang bunuh diri disana dan arwahnya tidak bisa menerima keputusannya yang ia buat sendiri untuk bunuh diri?

"Tidak boleh kenapa?"

"Beberapa orang mulai merasa risau karena ada orang aneh yang terus berada di sana dan beberapa mengatakan mereka mengganggu pejalan kaki. Setidaknya berhati-hatilah. Ingat, jangan lewat sana, mengerti?"

Aku menarik ingus.

"Ibu pernah melihatnya?"

Ia menggeleng, sambil mengelap keringatnya yang menempel di dahi, karena ini musim panas cuacanya sangat tidak menyenangkan untuk dirinya yang suka melakukan banyak hal.

"Eiyy, kalau ibu saja belum melihatnya, jangan langsung memberi cap orang itu sebagai orang jahat. Tidak baik, sangat tidak baik," kataku tertawa kecil.

Sebenarnya aku menyalin kalimat yang sama yang diucapkan Jiminie beberapa hari lalu untuk Taehyung karena dia mengatakan suatu yang buruk tentang teman-temannya-yang notabenya sedang terus meneror Jimin waktu itu dengan cara yang menyeramkan. Taehyung saat itu hanya mengelus dadanya, ia tak mengerti bagaimana tuhan mendesign hati Jiminie, mungkin tuhan tak sengaja menaruh zat yang harusnya ia berikan pada malaikat untuk manusia.

Ibu tertawa, mungkin setuju dengan perkataanku lalu menganggukkan kepala.

"Ya sudah terserahmu. Tapi harus tetap berhati-hati, ya," katanya lagi. Seperti mengatakan memang aku tetap tidak boleh lewat sana.

Aku melempar senyum. "Ibu ingin aku pulang cepat, itu satu-satunya jalan yang harus dilewati. Tenang saja, aku bisa beladiri, akan kuhajar dia kalau berani melakukan sesuatu padaku, oke? Aku percaya tubuhnya tak lebih bagus dari isi pensil mekanik."

Selanjutnya kakiku melangkah keluar dari rumah. Menghela nafas panjang sebelum berjalan pergi untuk les piano seperti biasa. Berat sekali, karena aku membencinya. Aku tidak suka piano.

Aku ingin berhenti, tapi aku tidak cukup berani mengatakan alasannya. Ibu mungkin tidak tau bagaimana ssaem membenciku di kelas karena menjadi anak yang paling lambat perkembangannya.

Aku berhenti berjalan, menatap aliran air sungai yang mengalir di bawah jembatan. Aku iri bagaimana mereka hanya mengikuti arus kemana mereka akan dibawa, tidak melawan arus atau mencoba keluar dari garis. Berjongkok, melihat air sungai lebih dekat. Rasanya menyenangkan dan tenang sekali. Kuhabiskan waktu 5 menit disana seperti biasa, lalu kembali melanjutkan perjalanan dengan sebuah kerikil di tangan untuk menemani.

Les piano baru dimulai 30 menit kemudian, tapi ibu selalu membuatku berangkat satu jam lebih awal agar aku bisa bergaul dengan orang-orangnya disana. Padahal aku tidak ingin, orang-orang disana juga tidak ingin melihatku.

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang