39. Accept

1.7K 195 1
                                    

Sehari setelah aku mendengar rumor kalau Yoongi melakukan plagiat musik. Aku tidak bisa keluar dari kamar dan melakukan hal seperti biasa. Aku tau setiap artis mempunyai resiko tersandung masalah seperti ini. Aku hanya tidak percaya kalau ia melakukannya. Aku bahkan tidak mau percaya. Aku tau bagaimana kerja kerasnya dia selama di studio membuat lagu dan mendapat tidak sedikit penghargaan.

Dia mungkin bakalan masuk dalam jajaran KOMCA, *Korea Music Copyright Association, saking begitu fokusnya ia bekerja.

"Apa Yoongi baik-baik saja?"

Aku melihat eomma berdiri di pintu entah sejak kapan. Aku memandangnya lalu menggeleng lemah. Tidak tahu.

"Eomma sudah menelepon rumah sakit, Yoongi tidak melakukan kunjungan atau check up," tambahnya.

"Dia pasti baik-baik saja," kataku, tersenyum.

Kukira eomma bakalan pergi setelah aku berkata demikian. Tapi ia malah membuka pintu lebih lebar dan masuk ke dalam. Aku duduk bersandar di kepala kasur sembari memandang handphoneku yang sengaja kumatikan karena tidak ingin mendengar berita-berita Yoongi.

"Sebenarnya Yoongi mengirim pesan terakhir kali pada Eomma sekitar beberapa minggu yang lalu," katanya tiba-tiba membahas sesuatu yang lain.

"Kenapa?"

"Dia bertanya bagaimana kabar eomma," ia bicara canggung. Dan aku tidak mencoba memancing pertanyaan atau apapun. Berusaha terlihat biasa saja.

"Karena waktu itu kau mendapat masalah karena Yoongi dan kau memutuskan untuk mengakhiri hubungan kalian, eomma bilang padanya untuk jangan mengganggumu lagi."

Deg

Lalu entah kenapa aku diam. Merasa kecewa setengah mati namun terlihat mencoba memahami situasi. Bagaimana rasanya hatiku sekarang? Hancur sekali. Mungkin itu memang yang terbaik karena harusnya kami sudah tidak berhubungan lagi. Namun sekarang aku merasa kalau kami semakin tidak bisa kembali bersama lagi.

"Gwaenchana eomma."

Aku mengedikkan bahu. "Aku mau tidur. Katakan kalau ada sesuatu yang penting," kataku lalu menarik selimut sampai dada. Aku melihat eomma berjalan keluar meninggalkan kamarku. Setelah ia menutup pintunya aku langsung bangkit duduk, lalu menangis.

~◈~










Park Se Hwa menatap kosong layar TV yang menyala sedari tadi. Dengan camilan di pangkuannya dan secangkir teh membuatnya betah disana. Rasanya atmosfir pagi tadi sudah ia lupakan. Ia bahkan tidak lelah lelah memikirkan Yoongi lagi.

Ia bangkit darisana, tiba-tiba ingin membuat ramyeon dua telur setengah matang untuk makan siang.

Handphonenya berbunyi di depan TV, ia mematikan kompor sesaat lalu berlari pergi ke ruang tengah untuk menengok ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal memanggilnya.

"Yeoboseyo?... Ah, majja, Park Se Hwa imnida... Ada yang bisa kubantu?... Benar, aku mengirim form sebulan yang lalu... Eoh ne... N--ne?? Camkanman--bagaimana bisa?... Maksudku, terlalu tiba-tiba, aku--... Tentu saja aku bersedia... Aku bisa kesana sekarang... Ne... Jinjja kamsahamnida... Geurom!!... Ne kamsahamnida!!"

Beberapa detik setelahnya ia teriak kencang sekali. Lompat lompat di tempat ia berdiri lalu menangis tiba-tiba. Senyumnya mengembang sangat lebar, lalu ia tertawa. Tangannya bergetar ketika mencari kontak Kim Taehyung di handphonenya.

"KIM TAEHYUNG!" serunya ketika telepon tersambung.

"Ah kamjagiya! Wae wae wae?! Aku sedang berada di gym bersama Jung--"

Min Agust D (✔) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang