Rambut panjang yang diikat cepol, tubuh tinggi kurus dengan balutan kaos lengan pendek dan celana panjang senada. Sneaker putih yang menemani setiap langkahnya mulai berjalan lambat bersamaan dengan tubuhnya yang terduduk di pasir pantai.
Ujung rambutnya tertiup angin beriringan dengan matanya yang menutup rapat merasakan udara yang menabrak paras cantiknya.
Yoona membuka mata lantas memainkan pasir dengan ujung sneakernya.
"Hhh, apa yang bisa membuatku mengingat semuanya?" Gumam gadis itu disertai helaan nafas berat.
"Aku bahkan tidak akan mengingat namaku jika Luhan tidak memberi tahunya."
"Apa Luhan orang baik? Benar-benar baik?"
Matanya menutup kembali merasakan semilir angin yang berulang kali menerpa wajahnya. Perasaannya tidak pernah tenang semenjak ia diberi tahu perihal ingatannya yang hilang. Rasanya banyak hal yang membuat Yoona penasaran melihat bagaimana Luhan berusaha untuk menyusunnya seapik mungkin.
Melarangnya untuk mengenal banyak orang di desa.
Merahasiakan kedekatannya dengan Taeyeon.
Jangan menemui pria bernama Oh Sehun.
Bahkan mengenai hal yang menjadi penyebab ingatannya hilang, Yoona harus mempercayai Luhan yang menjadi satu-satunya orang yang tahu dan dapat sedikit menjelaskan.
Luhan memang mencurigakan.
Yoona bahkan sempat berpikir untuk tidak peduli lagi pada masa lalunya, seperti yang selalu ia bayangkan, kenangan buruk yang akan muncul lalu ia kehilangan saat dimana ia bertengkar dengan Baekhyun, bercerita pada paman dan bibi Yoo, berbagi pengalaman dengan Taeyeon. Bahkan desa kecil yang katanya belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Ia harus kembali pada aktivitas di kota, entah apa itu.
Melihat bagaimana sulitnya Luhan menceritakan tentang bagaimana Yoona yang dulu, kenangannya, atau pun keluarganya, itu membuat Yoona takut untuk mengingatnya lagi. Ia hanya merasa cukup baik tinggal di desa.
Ia akan dengan senang hati menganggap paman dan bibi Yoo sebagai orang tuanya. Yoona kehilangan semangat untuk mencari tahu siapa dan bagaimana sosok orang tuanya itu, bukankah jika memang ada dan peduli, sudah sepantasnya kedua orang tuanya lah yang datang mencari, benar kan?
Dan satu-satunya cara bagi Yoona untuk mengingat adalah dengan menatap ke atas langit, tapi sampai sekarang, belum ada yang ia ingat secara pasti, hanya berupa bayang-bayang yang datang sepintas saja. Dan sebenarnya itu membuat kepalanya sakit.
Ada beberapa hal yang membuat Yoona sedikit kecewa, mengenai paman dan bibi Yoo. Karena sepertinya mereka juga mengetahui tentang kehidupan Yoona di kota. Tentang orang tua yang tak kunjung menemuinya, dan satu hal yang dapat Yoona simpulkan sendiri, paman dan bibi Yoo kenal dekat dengan orang tuanya dan juga Luhan. Juga fakta bahwa ada yang tidak beres tanpa sepengetahuannya.
Dan Yoona tidak bisa jika tidak memikirkannya.
Beberapa menit setelah pikirannya kosong, suara seseorang kembali memokuskan Yoona pada air laut di depan sana.
Gadis itu menghela nafas lalu berbalik ke belakang, "Kupikir akhir-akhir ini kau lebih sering mengunjungiku." Ujar Yoona.
Luhan ikut duduk di sampingnya dengan membawa dua kaleng minuman soda. Satunya ia berikan pada Yoona.
"Hm, tidak ada yang mengkhawatirkan di tempat kelahiranmu." Jawabnya lalu menilik ekspresi wajah Yoona. Gadis itu melamun hingga ia menyadari jika jarak wajah Luhan terlalu dekat dengannya.
"Jadi adakah hal yang kau sembunyikan dariku, Luhan?" Tanya Yoona sarkas.
"Kuharap tidak lagi, tapi faktanya memang masih banyak yang belum aku ceritakan padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Of You ✔ | YoonBaek
FanfictionByun Baekhyun tidak pernah tahu tentang siklus yang dinamakan jatuh cinta. Pria tampan yang menghabiskan waktunya di desa itu hanya tahu bagaimana cara melukis dan mengusili teman, menjadi langganan detensi karena jarak rumah dan sekolah yang sangat...