Mentari mulai mengintip di ufuk timur dengan sinarnya yang perlahan terbit menyalurkan kehangatan di bumi. Orang-orang di desa sudah lebih dulu beraktivitas sebelum fajar menyapa, bisa dibilang pagi buta dan itu adalah kesehariannya. Berbeda bagi segelintir orang di sana, jika yang lain disebut mayoritas masyarakat desa, maka Baekhyun adalah minoritas. Pria itu masih bergelung dengan selimut tebalnya karena dua alasan. Hari ini adalah hari libur, lalu alasan lainnya adalah karena semalam dia benar-benar tidak bisa tidur. Dan alasan kedua adalah hal yang didasarkan alasan lain. Well, pemuda yang baru saja menyatakan perasaannya dengan analogi yang sangat kekanakan seperti itu mana mungkin bisa tidur dengan baik?
Kim Jaerim bahkan sudah membangunkannya lebih dari dua kali namun anak sulungnya itu tetap enggan lepas dari kungkungan selimut tebal. Alasannya adalah karena dia masih mengantuk dan cuaca pagi hari di desa memang selalu dingin bagi Baekhyun. Faktanya memang itu. Kim Jaerim pun cukup paham jika orang yang masih mengantuk akan sulit untuk dibangunkan terlebih ini adalah hari libur. Masuk akal atau tidak, alasan tetaplah hanya sebatas alasan.
Jika saja Kim Jaerim mengetahui akar dari tercetusnya alasan itu, Baekhyun yakin ibunya tidak akan mempermasalahkannya dan membiarkan Baekhyun bergemul sampai terserah. Tapi Baekhyun tidak jamin jika ibunya tidak akan tertawa kencang. Dia khawatir ibunya itu akan menyambangi tiap rumah warga lalu mengumumkan bahwa anaknya, Byun Baekhyun, sedang jatuh cinta.
Semalaman terjaga cukup untuk membuat Baekhyun menyadari bahwa jatuh cinta itu begitu menyiksa. Pikirannya berkecamuk memikirkan hal apa saja yang kemungkinan terjadi setelahnya, dan itu sama dengan belum terjadi atau bahkan tidak mungkin terjadi. Well, Baekhyun gelisah akibat ulahnya sendiri jadi biarkan saja dia menertawakan dirinya sendiri.
Pria itu mulai membuka matanya yang sebenarnya masih mengantuk, di luar kamar tidak terdengar kegaduhan jadi Baekhyun berpikir bahwa ibunya tidak sedang di rumah. Ayahnya sudah pasti pergi melaut seperti biasa. Bersamaan dengan helaan nafasnya, Baekhyun berhasil menyingkap selimut lalu menatap langit-langit kamar.
"Aku benar-benar tidak mengenalimu, Byun. Siapa yang menurunkan sifat gengsi dalam dirimu, hah? Ayah atau ibu?" Baekhyun bermonolog untuk menyemangati dirinya sendiri. Ia benar-benar tidak habis pikir, kenapa kelakuannya jadi aneh begini.
Baekhyun menutup matanya lalu merasakan perih hasil dari kurang tidur. Dia bergumam, "Kau tidak boleh seperti ini. Kau harus bertanggung jawab atas perasaanmu ini. Jangan lari dari masalah." Di akhir kalimatnya itu, Baekhyun kembali membuka kelopak matanya. "Kau mencintainya, dan jangan menjadi pecundang, Byun Baekhyun."
Setelah itu Baekhyun bangkit lalu berlari membersihkan diri.
***
Dengan berusaha menjadi dirinya sendiri, Baekhyun mematut dirinya di cermin lalu mulai memainkan rambutnya. "Kurasa model rambut begini sudah tidak cocok untukku." Gumamnya.
Baekhyun menambahkan, "Apa aku harus mewarnai rambutku setelah kelulusan nanti?" Kemudian menggeleng pelan. "Tidak. Rambut asliku sudah bagus."
"Ya ampun, aku mulai lagi."
Baekhyun memutuskan untuk menemui Yoona sebelum keberaniannya terkikis lagi. Dia terlalu banyak merendah jika sedang bercermin dan itu tidak baik.
***
Saat mentari mulai merangkak naik di pagi hari, Yoona adalah salah satu yang menikmatinya, dengan menjemur diri di bawah sinarnya yang belum begitu menyengat membuat tubuhnya menghangat. Hal itu sudah menjadi rutinitasnya di pagi hari dan membuat Baekhyun memiliki alasan untuk berlama-lama melewati rumah paman Yoo. Itu pula yang membuatnya selalu penasaran kemudian jatuh pada pesona gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Of You ✔ | YoonBaek
FanfictionByun Baekhyun tidak pernah tahu tentang siklus yang dinamakan jatuh cinta. Pria tampan yang menghabiskan waktunya di desa itu hanya tahu bagaimana cara melukis dan mengusili teman, menjadi langganan detensi karena jarak rumah dan sekolah yang sangat...