Dengan ditemani secangkir kopi, Taeyeon berniat begadang untuk menyiapkan keberangkatannya ke Paris. Beberapa pekan ini ia memang sudah disibukkan dengan segala keperluannya nanti setiba di benua Eropa itu. Terakhir ia selesai mengemas koper kedua yang berisi pakaian dan sebuah kanvas dengan lukisan Baekhyun di sana. Ia kembali meneliti lukisan itu sebelum akhirnya menghembuskan nafas gusar. “Baekhyun, jika tahu itu hanya akan melukaimu, aku tidak akan pernah membiarkan kalian saling mengenal.” Gumamnya.
Atensinya beralih mulai menelusuri tiap sudut kamarnya. Dulu, Baekhyun, Jongin dan dirinya sering sekali menghabiskan waktu di kamar ini, walau hanya sekedar untuk bertengkar ataupun perang bantal. Tapi Taeyeon begitu merindukan semua tentang masa kecilnya dengan kedua sepupunya itu. Ia ingat saat beberapa kali Kyungsoo datang dan menjadi penengah diantara ketiganya. Tapi tidak lama karena pria itu pindah ke kota. Kemudian saat Jongin baru memulai menengah pertamanya, pria itu juga menyusul Kyungsoo ke kota. Taeyeon mulai merasa kehilangan sejak saat itu. Tapi Taeyeon yakin, satu-satunya orang yang paling ditinggalkan adalah Baekhyun. Karena setelahnya, Taeyeon juga memutuskan untuk mencari pekerjaan ke kota.
Hingga dengan teganya, kali ini Taeyeon kembali memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Baekhyun. Ia sedikit bersyukur karena Jongin kembali dan memilih melanjutkan sekolah di desa, meskipun sebenarnya itu karena sebuah kesalah pahaman yang membuat Jongin dikeluarkan dari sekolah lamanya. Ya, mungkin takdir seperti itulah yang bermain di hidup mereka.
“Bagaimana ini, Baekhyun? Aku benar-benar merasa bersalah.” Ujarnya lagi.
Taeyeon mulai mendudukan dirinya di atas ranjang, tangannya kembali mengusap wajah hingga ke belakang kepalanya kemudian menutup matanya rapat. Demi apapun, Taeyeon sungguh merasa bersalah. “Ah, bagaimana ini?”
“Bagaimana apanya?”
Gadis itu tercenung lalu membuka matanya. Ia sedikit mendongak untuk mendapati Baekhyun tersenyum di depannya. “Kau?”
Baekhyun terkekeh pelan, “Hei kau seperti melihat orang asing. Santai saja.” Ucapnya. “Bagaimana? Kau sudah mengemas semua barang bawaanmu?” Pemuda itu bertanya sambil melihat beberapa koper yang sudah rapi di sana.
“Sudah. Aku hanya tinggal memastikan satu hal.”
“Apa?”
“Kau akan baik-baik saja kan?”
Kemudian Taeyeon mendengar Baekhyun tertawa renyah. “Tenang saja.”
“Bagaimana mungkin aku tenang? Aku sudah membawamu pada jalan yang salah.” Ujar Taeyeon penuh penyesalan.
“Apa kau sedang membahas Yoona lagi? Kau tidak perlu khawatir, aku bahkan sudah jatuh untuknya sebelum kau membantuku.” Baekhyun menjelaskan.
“Tapi Baekhyun,”
“Ini pilihanku. Ini yang pertama dan aku tidak ingin kehilangannya. Jadi kau tenang saja karena aku tidak boleh mati jika ingin menjaganya, benar?”
Setelahnya Taeyeon mengangguk mengerti.
“Belajar yang baik di sana. Kau boleh mengenalkan pacar barumu padaku, hm?” Baekhyun mengacak rambut Taeyeon lalu tertawa.
“Sshh, ambil saja sisi positifnya. Kau benar-benar tumbuh menjadi pria dewasa semenjak kenal Yoona.”
“I feel, ya.”
Keduanya kembali diserang kesunyian, awalnya Baekhyun berniat untuk memberi tahu kabar baik pada Taeyeon, tapi mendadak ia menjadi gugup dan tidak tahu bagaimana cara mengatakannya. Beberapa kali Baekhyun membuka mulutnya namun hanya terdengar helaan nafas setelahnya.
“Kenapa?” Taeyeon bertanya menyadari kebimbangan Baekhyun. Pemuda itu sedikit terhenyak namun berusaha mengontrol raut wajahnya, kemudian Taeyeon berucap lagi, “Kau mau bilang tentang Yoona? Aku sudah tahu dan aku tidak menyangka kau itu ternyata pemberani.” Gadis itu terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Of You ✔ | YoonBaek
FanfictionByun Baekhyun tidak pernah tahu tentang siklus yang dinamakan jatuh cinta. Pria tampan yang menghabiskan waktunya di desa itu hanya tahu bagaimana cara melukis dan mengusili teman, menjadi langganan detensi karena jarak rumah dan sekolah yang sangat...