Mereka masih saling menatap seakan mata mereka yang berbicara mengungkapkan rasa rindu diantara keduanya.
"Mama sebelum pulang biarin aku ngabisin ini dulu" suara rangga kecil menghentikan lamunan mereka.
Selly mengangguk sambil tersenyum pada anaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hai.. lama nggak bertemu" selly mencoba berbicara duluan ssmbil ersenyum.
Rangga ikut tersenyum "iya.. sudah lama"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah lama kamu pergi menghilang dariku ucap rangga dalam hati
"Karna aku mengenalmu, aku nggak akan pura pura tidak mengenalmu"
Selly tak ingin berbohong ataupun berpura pura, bagaimanapun mereka pernah saling mengisi hari hari bersama.
Melupakan orang yang kita kenal sama mustahilnya seperti mengingat orang yang tak pernah kita kenal
Rangga tersenyum kembali "ini... anakmu?"
Selly mengangguk sambil terus menyuapi rangga kecil.
Lalu mengapa kamu memberikan nama anak ini sama denganku? Dalam hatinya rangga terus bertanya tanya.
Rangga senang bisa melihat selly kembali, namun dia tak bisa menutupi hatinya sakit, saat menyadari selly mungkin sudah menikah.
Dia benar benar merasa sudah kehilangannya. Rangga kembali menatap anak laki laki itu mungkin umurnya sekitar 3-4 tahun.
"Kamu ingin makan yang lain?" Tanya rangga
"Aku sudah kenyang" ucap rangga kecil sambil memegang perutnya.
Rangga tersenyum sambil memegang pipi mungil itu.
"Aku harus segera pergi.. walau bagaiamanapu terimakasih sudah menemukannya.. aku akan membalasnya suatu hari nanti"
Selly menurunkan anaknya dari kursi seelah itu dia menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Rangga memegang tangan gadis itu, tangan lembut yang dulu selalu memeluknya.
"Terimakasih" ucap selly lagi.
Rangga seakan enggan untuk melepas tangan itu, rasanya berat dan ingin sekali dia menghadang gadis itu pergi dari hadapannya.
Namun dia tak bisa melakukannya dia tak ingin menganggu kehidupan selly yang mungkin bahagia saat ini.
Rangga hanya menatapnya pergi semakin jauh dari pandangannya.
Rangga merasa lemas. Dia berangkat ke klinik yang biasa dikunjunginya.
"Wajahmu muram lagi?" Tanya gadis itu
"Aku sudah bertemu dengannya"
"Lalu bagaimana? Kamu merasa lebih baik?"
Rangga menggeleng dengan wajah murungnya
"Apakah ini ekspresi orang yang baru melihat cinta pertamanya?" Ucap adelia sambil membawa minuman.
"Dia sudah punya anak"
"Dia? Umurnya masih muda.. bagaimana bisa sudah berkeluarga?"
Rangga hanya diam dan duduk dengan lemas mengahadap jendela.
"Carilah penggantinya.. bukankah dia baik baik saja? Kamu tidak perlu menyesalinya"
"Jika tidak dengannya, aku tidak akan menikah... tak akan.. kamu itu dokter sikolog, bagaimana seorang dokter memberi saran yang sama setiap bertemu.."
Adelia tersenyum "aku memberi saran sebagai temanmu"
Rangga tersenyum paksa "jadi apa yang kulakukan.. aku tak merasa baik sedikitpun"
"Mencoba bersabar.. tulus.. dan ikhlas.. itu satu satunya jawabannya"
Rangga mencoba menguatkan dirinya "aku akan mencobanya"
Adelia mengukurkan tangannya dan seperti biasanya tangan rangga masih disakunya.
"Kamu harus memulainya dengan mulai melakukan kontak fisik dengan wanita"
Ucap adelia. Permasalah utama pada rangga adalah laki laki itu tak pernah mau bersentuhan dengan wanita, dia terlalu menutup dirinya dari wanita.
"Lain kali saja"
Lagi lagi dia masih menolak itu
Aku masih miliknya. Tanganku, hatiku, semua apa yang ada pada diriku masih miliknya.. karena inilah hal terakhir yang dia inginkan di surat terakhirnya.